Dalam setiap penuturan perjalanannya, Wanto tidak hanya bercerita tentang bagaimana ia mengatasi tantangan fisik, tetapi juga bagaimana ia mampu bertahan dan memperkuat imannya di tengah perjalanan yang penuh dengan kejutan. Ini menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang yang mungkin merasa lelah dan putus asa dalam mengejar impian atau melakukan perjalanan panjang dalam hidup mereka.
Perjalanan Wanto tidak hanya menunjukkan keberhasilan dalam mencapai tujuan akhir, tetapi juga menyoroti nilai-nilai persahabatan, keramahan, kebaikan, serta kepedulian dalam perjalanan hidup. Sepanjang perjalanan gowes sepedanya, Wanto telah bertemu dengan berbagai orang baik dari berbagai negara yang memberikan dukungan, bantuan, dan keramahan yang sangat besar padanya. Hal ini menunjukkan bahwa di setiap langkah hidup, kita bisa menemukan kebaikan dan keindahan dari manusia-manusia di sekitar kita, meskipun mereka berasal dari budaya dan latar belakang yang berbeda.
Keinginan Wanto untuk tetap berada di Mekkah hingga musim haji tahun 1445 H juga merupakan wujud dari komitmennya dalam melanjutkan perjalanan spiritualnya. Keberadaannya di tanah suci tersebut bukan hanya untuk menyelesaikan perjalanan fisik, tetapi juga menandakan bahwa ia siap untuk mendalami imannya lebih jauh lagi, merenungkan makna kehidupan yang lebih dalam, dan memperkuat hubungannya dengan Tuhan.