Tiga ilmuwan baru-baru ini dianugerahi Hadiah Nobel di bidang kimia atas penelitian terobosan mereka tentang protein. Satu dari mereka, David Baker, menerima separuh dari hadiah senilai 11 juta krona (Rp16 miliar). Sedangkan sisa hadiah tersebut akan dibagi antara Demis Hassabis dan John M. Jumper, menurut pernyataan Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia di Stockholm pada Rabu.
Pada tahun sebelumnya, Moungi G. Bawendi, Louis E. Brus, dan Alexei I. Ekimov menerima Hadiah Nobel Kimia atas penemuan dan pengembangan titik kuantum, yang merupakan nanopartikel kecil yang dapat digunakan dalam televisi dan lampu LED. Pengumuman penerima hadiah tersebut penuh drama karena nama mereka bocor dalam email yang tampaknya dikirim secara tidak sengaja pada pagi hari.
Hadiah Nobel tahunan untuk pencapaian di bidang fisika, kimia, kedokteran, sastra, dan perdamaian didirikan berdasarkan wasiat Alfred Nobel, penemu dinamit asal Swedia, yang meninggal pada tahun 1896. Salah satu aspek menariknya adalah tambahan hadiah di bidang ilmu ekonomi yang ditambahkan oleh bank sentral Swedia pada tahun 1968.
Para penerima hadiah diumumkan hingga 14 Oktober di Stockholm, kecuali untuk hadiah perdamaian, yang dipilih oleh Komite Nobel Norwegia di Oslo.
Kemenangan para ilmuwan ini menunjukkan betapa pentingnya penelitian dan inovasi dalam bidang kimia, terutama dalam hal pengembangan protein. Penemuan-penemuan seperti ini memiliki potensi untuk membawa perubahan besar dalam berbagai industri, mulai dari farmasi hingga teknologi makanan.
