Pikiran ini aku coba eksekusi, pada keinginanku di suatu sore. Sudah lama aku ingin berbuka puasa dengan menu mie ayam! Ya, semangkung mie ayam! Aku menginginkan ini dari awal puasa, namun keinginanku ini aku tunda lagi dan lagi dengan berbagai alasan. Mulai dari alasan, tak ada teman yang mau aku ajak makan mie ayam, mie ayam itu tidak cocok dijadikan menu berbuka puasa, hingga alasan jalanan macet untuk menuju kedai mie ayam yang kuinginkan. Akhirnya di sore itu aku hentikan permainanku bermain dengan waktu. Aku pun mengambil telepon genggamku dan memesan mie ayam yang kuinginkan. Mudah dan puas! Itu yang kurasakan setelah aku menikmati mie ayam sebagai menu berbuka puasaku.
Mie ayam hanyalah analogi, betapa kita harus memikirkan waktu yang terus berjalan ketika kita menunda keinginan. Sore itu aku belajar sesuatu dari mie ayam. Ketika kita punya keinginan dan keinginan itu tak merugikan siapapun, realisasikanlah! Selagi kita masih diberi waktu untuk hidup, selagi hidup masih bisa dinikmati. Nikmatilah hidupmu dan ikuti keinginanmu (ingat: selama ini positif dan tidak merugikan siapapun)! Keindahan hidup sangat disayangkan lewat begitu saja karena penundaan keinginan-keinginan positifmu! Ayo, nikmati mie ayammu!