Bayangan itu semakin jelas, memperlihatkan seorang pria yang mirip dengan kakeknya, Harun tua, sedang berbicara dengan seorang wanita. Wanita itu adalah nenek Harun, yang meninggal dunia ketika Harun masih kecil. Dalam visi tersebut, Harun tua dan neneknya sedang berdansa di ruang tamu yang sama, tempat jam tua itu sekarang berada. Harun merasa seolah-olah dia menyaksikan kenangan indah yang tersembunyi di dalam jam itu.
Seiring berjalannya waktu, Harun mulai sering menghabiskan malamnya di dekat jam tua, menyaksikan berbagai kilasan peristiwa dari masa lalu keluarganya. Dia melihat kakek dan neneknya merayakan ulang tahun, kelahiran ayahnya, hingga momen-momen kecil namun penuh makna yang terjadi di rumah itu. Setiap visi yang muncul memberinya pemahaman yang lebih dalam tentang keluarganya dan warisan yang ditinggalkan oleh para pendahulunya.
Namun, tidak semua kilasan peristiwa yang terlihat adalah kenangan indah. Suatu malam, Harun melihat bayangan seorang pria asing yang masuk ke dalam rumah dengan membawa senjata. Pria itu tampak marah dan gelisah, mencari sesuatu. Harun menyadari bahwa ini adalah momen ketika rumahnya pernah dirampok bertahun-tahun yang lalu. Dia merasakan ketegangan dan ketakutan yang dirasakan oleh keluarganya saat itu, namun juga keberanian yang ditunjukkan oleh kakeknya dalam menghadapi situasi tersebut.
Pengalaman-pengalaman ini membuat Harun semakin menghargai jam tua itu dan apa yang disimpannya. Dia mulai memahami bahwa jam ini bukan hanya sekadar penunjuk waktu, tetapi juga penjaga kenangan dan sejarah keluarganya. Jam tua itu mengajarkan Harun tentang pentingnya menghargai masa lalu dan belajar dari setiap peristiwa, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.