Keberadaan dua jemaah haji dengan rentang usia yang jauh berbeda ini mencerminkan kebesaran Allah dalam menerima hamba-Nya yang ingin mendekat kepada-Nya. Di Arab Saudi, atmosfer ibadah haji sangat kental, dan keberagaman usia di antara jemaah haji menciptakan ikatan yang kuat antara setiap individu, meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Kegiatan seperti tawaf di sekitar Ka'bah, berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah, serta melontar jumrah, menjadi satu kesatuan ibadah yang mendekatkan hati setiap jemaah haji.
Bagi Alya, ibadah haji adalah momen yang mendewasakan. Ia menyadari bahwa menjalani rukun Islam yang kelima ini tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga pelajaran berharga tentang kesabaran, ketulusan, dan pengorbanan. Dalam perjalanan ini, ia juga mempelajari bahwa ibadah haji adalah kesempatan untuk berinteraksi dengan jemaah haji dari seluruh dunia. Interaksi tersebut memperkaya wawasan Alya tentang perbedaan kultur dan bahasa, namun dengan semangat yang sama yaitu beribadah kepada Allah.
Sementara itu, Nenek Sumbuk tidak hanya berbagi kisah hidupnya, tetapi juga kebijaksanaan yang didapat selama 109 tahun mengarungi kehidupan. Banyak orang yang terinspirasi oleh ketekunannya dalam mempertahankan iman serta niat tulusnya untuk menjalankan ibadah haji di usia senja. Setiap langkahnya di Tanah Suci adalah lambang keberanian dan komitmen terhadap ajaran Islam. Nenek Sumbuk menunjukkan bahwa menjalani kehidupan dengan iman yang kuat dapat mengantarkan seseorang pada kesempatan untuk melaksanakan haji, bahkan di usia yang sangat tua.