Sandal upanat merupakan alas kaki tradisional yang terbuat dari bahan alami seperti daun pandan, batok kelapa, dan busa ati. Nama upanat berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti alas kaki. Sandal ini tak hanya ramah terhadap batu candi, tetapi juga telah melalui serangkaian riset sejak Januari 2022 untuk memenuhi standar daya tahan (durability), kenyamanan (ergonomi), dan keselarasan visual. Menariknya, inspirasi desain sandal ini berasal dari relief Karmawibhangga panel 150 di Candi Borobudur, yang menggambarkan dua orang mempersembahkan alas kaki kepada seorang Brahmana. Relief tersebut memperlihatkan bentuk alas kaki yang menyerupai sandal upanat masa kini, sehingga menjadi bukti bahwa upanat adalah representasi warisan budaya yang diangkat kembali dengan pendekatan modern.
Pelestarian dan Pemberdayaan Ekonomi Lokal Lebih dari sekadar alat pelindung batu candi, penggunaan sandal upanat membawa misi edukatif terkait konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Pengunjung diajak untuk tidak hanya menikmati keindahan situs budaya, tetapi juga ikut menjaga dan merawatnya demi generasi mendatang. Selain itu, kebijakan ini juga mendorong tumbuhnya industri kreatif lokal. Produksi sandal upanat melibatkan para pengrajin dari wilayah sekitar Candi Borobudur. Hingga kini, tercatat ada delapan rumah produksi yang aktif membuat sandal ini untuk memenuhi permintaan harian yang mencapai sekitar 1.200 pasang. Dengan demikian, pelestarian warisan budaya ini juga berdampak langsung pada peningkatan ekonomi masyarakat lokal.