Tidak hanya itu, blockchain juga memungkinkan adanya transparansi yang tinggi dalam proses transaksi keuangan. Setiap transaksi yang terjadi akan tercatat dalam blok yang terhubung dalam rantai blok, sehingga setiap pihak yang terlibat dalam transaksi dapat melihat dan memverifikasi transaksi secara langsung. Hal ini mengurangi adanya ketidakpastian atau ketidak jelasan dalam transaksi keuangan, sehingga meningkatkan kepercayaan antara para pihak yang terlibat.
Seiring dengan perkembangan teknologi blockchain, banyak lembaga keuangan global mulai melirik dan mengadopsi teknologi ini dalam operasional mereka. Bank-bank besar dan perusahaan teknologi keuangan (fintech) mulai melakukan riset dan pengembangan terkait implementasi blockchain dalam sistem pembayaran, penyelesaian transaksi, serta manajemen aset. Bahkan, beberapa bank sentral di berbagai negara juga telah mulai mengeksplorasi kemungkinan menerapkan mata uang digital berbasis blockchain.
Implementasi teknologi blockchain dalam sistem keuangan global juga telah membawa dampak yang signifikan terhadap inklusi keuangan bagi masyarakat yang sebelumnya terpinggirkan. Dengan transaksi yang dapat dilakukan secara langsung melalui blockchain, individu atau bisnis di daerah terpencil atau tanpa akses ke bank dapat mengakses layanan keuangan secara lebih mudah dan murah. Hal ini memberikan potensi besar dalam mengurangi kesenjangan keuangan global dan meningkatkan akses terhadap layanan keuangan yang aman dan terpercaya.
Namun, meskipun teknologi blockchain menawarkan berbagai keuntungan yang signifikan, implementasinya juga tidaklah tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah mengenai regulasi dan standar yang berkaitan dengan teknologi ini. Karena sifatnya yang baru dan inovatif, masih terdapat kebingungan terkait dengan aspek hukum dan regulasi yang mengatur penggunaan blockchain dalam sistem keuangan. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku industri untuk menciptakan kerangka regulasi yang jelas dan tepat guna.