Tekanan untuk selalu tampil menarik, sukses, dan ‘update’ telah mengikis kepercayaan diri anak muda di ruang nyata.
Digital Tapi Tidak Sosial
Rendahnya frekuensi komunikasi tatap muka dan lebih dominannya interaksi lewat layar juga dinilai turut merusak kemampuan sosial. Banyak remaja mengaku canggung berbicara langsung karena terlalu terbiasa mengandalkan emoji dan teks.
Survei internal Kemenkes tahun 2024 mencatat 4 dari 10 remaja lebih nyaman menyampaikan pendapat lewat story atau chat daripada bertemu langsung.
Stigma Masih Jadi Hambatan
Sayangnya, gangguan kecemasan sosial masih dianggap remeh. Banyak yang mengira ini hanya masalah malu atau kurang percaya diri biasa, bukan sebagai gangguan psikologis yang butuh penanganan.
Upaya Perlu Dimulai dari Sekolah dan Rumah
Perlu adanya pendekatan edukatif di sekolah dan rumah untuk mengenali gejala kecemasan sosial sejak dini. Pelatihan empati, literasi digital, dan keberanian berbicara di ruang publik menjadi bagian penting yang harus masuk dalam kurikulum pendidikan karakter.