Tampang

Kisah Haru di Bus No. 45: "Terimakasih Sudah Mengajariku Mengingat Tuhan"

12 Jun 2017 12:51 wib. 1.957
0 0
Kisah Haru di Bus No. 45: "Terimakasih Sudah Mengajariku Mengingat Tuhan"

Kisah ini pertama saya dapatkan dari broadcast message seorang teman, sebuah kisah yang buat saya sangat mengharukan, bikin hati saya pribadi sangat tersentuh. Mangga disimak kisahnya..

KISAH HARU DI BUS NO.45 : "TERIMAKASIH SUDAH MENGAJARIKU MENGINGAT TUHAN"

Ditulis oleh Fissilmi Hamida (@fissilmihamida)

St. George Park, sore itu.

Aku melangkahkan kakiku keluar dari St  George Park untuk menuju ke Blackswarth Road. Sudah lebih dari 3 jam rupanya aku menghabiskan waktu di taman cantik ini. Duduk-duduk di bawah pohon Cherry Blossoms (Sakura) yang mulai berguguran di samping danau. Membaca beberapa jurnal sembari melihat bebek-bebek cantik berenang. Sangat menenangkan.

Bus no. 45 yang akan membawaku pulang ke College Green datang. Cukup penuh. Mungkin karena saat itu hari Sabtu. Di tengah perjalanan, sebelum Croydon Street, tetiba bus berhenti mendadak. Aku tidak tahu pasti ada apa karena aku duduk di kursi paling belakang. Para penumpang terhempas ke depan, termasuk seorang balita yang hampir terlepas dari keretanya. Beberapa yang lain terhempas dari kursinya. Termasuk juga aku yang terlempar ke lantai.

Kaget lantaran bus mengerem mendadak, semua penumpang berteriak. Reflek akupun ikut berteriak sebelum terhempas ke lantai bus: " ALLAHU AKBAR!".

Teriakanku rupanya cukup keras. Mengalahkan beberapa teriakan penumpang yang lain yang berteriak 'shit!', 'what the fuck!', dan teriakan lainnya. Rupanya teriakanku mengundang perhatian yang lainnya.

Aku kikuk. Rasa-rasanya semua mata memandangku. Aku salah tingkah. Tetiba ada rasa ketakutan luar biasa. Bagaimana tidak, aku baru saja reflek berteriak 'ALLAHU AKBAR!", sedangkan saat itu, banyak sekali beredar berita dimana banyak muslim yang dibanned, dipaksa turun dari pesawat hanya karena mereka mengucap atau menulis Allahu Akbar,  membuat penumpang lainnya ketakutan karena Allahu Akbar dianggap sebagai ungkapan yang sering diucapkan para teroris.

Dengan perasaan tak menentu, sembari menahan lututku yang begitu sakit lantaran terhempas tadi, aku kembali ke tempat duduk. Beberapa pasang mata itu masih menatapku. Sungguh, aku takut. Apalagi aku satu-satunya yang berhijab disitu. Aku sudah membayangkan para penumpang ini akan beramai-ramai memintaku turun.

"I am sorry if it makes you uncomfortable. It is just...."

Ah, aku ingin menjelaskan bahwa yang baru saja aku ucapkan bukanlah ucapan berbahaya. Melainkan ucapan takbir yang memang reflek aku ucapkan acapkali aku kaget. Bahwa ucapan Allahu Akbar yang baru saja kuucapkan bukanlah ucapan yang perlu ditakuti, bukanlah ucapan milik para teroris tak berhati, meski mereka seringkali mengatasnamakan Islam untuk aksi mereka, termasuk juga mengucapkan takbir "Allahu Akbar" sebelum mereka melakukan aksi jahatnya. Membuat para muslim yang harus menanggung deritanya. Dipaksa turun dari pesawat, keberadaannya dianggap sebagai sebuah bahaya, hanya karena mereka bertakbir memuja-NYA, mengingat-NYA.

Namun tiba-tiba saja lidahku kelu.

"It means God is Great, right, my dear?" sebuah suara dari kursi sebelah mengagetkanku.

"Yes. And I... I just reflexively shouted it because whenever I felt scared, whenever I am shock, I remember my Lord and I say Allahu Akbar." jelasku terbata-bata. Aku masih sangat ketakutan.

"Why you look so scared?" suara yang lain menimpali. Aku hampir menangis.

"Aku takut dipaksa turun dari bus ini karena aku mengucapkan Allahu Akbar. Seperti beberapa muslim lain yang dipaksa turun dari pesawat. Aku..." lidahku kembali kelu. Aku tak sanggup melanjutkan kalimatku, sebab mataku kini sudah sangat sembab.

"Tidak, Nak. Aku tadi memperhatikanmu karena engkaulah satu-satunya yang berteriak mengingat Tuhan saat kita semua tadi terlempar. Sedang yang lain justru meneriakkan umpatan," jelas seorang lelaki berambut putih dan bertopi yang mungkin usianya sudah 60-an.

Aku tegugu. Bulir bening di mataku kini benar-benar jatuh. Sekuat tenaga aku menahan diri agar tidak menangis. Namun aku tak bisa hingga penumpang di sebelahku memelukku.

"Terimakasih sudah mengajari kami mengingat Tuhan ketika ada bahaya yang tiba-tiba datang," begitu katanya. Dan tumpah ruahlah tangisanku dalam pelukannya 😭
______________________________

Allahu Akbar, Allah Maha Besar.

Bisakah kalian rasakan bagaimana ketakutanku kala itu? Aku yang sampai merasa parno sendiri yang bahkan pelupuk mataku kembali berlinang ketika aku menuliskan kisah ini? Bagaimana para muslim harus terus merasa ketakutan sebab acapkali ada tragedi teror atau penyerangan, muslim lah yang disalahkan, dan mereka yang tak berdosa seringkali harus menanggung hinaan, hujatan, cacian, bahkan tindakan fisik yang menyakitkan. Hanya karena ulah makhluk-makhluk biadab yang mengatasnamakan Islam dan bertakbir sebelum melakukan sebuah kejahatan.

Maka dimanapun kalian berada, tunjukkanlah bagaimana Islam sesungguhnya, tunjukkanlah bahwa Allahu Akbar adalah sebuah kalimat yang agung yang seorang hamba ucapkan untuk memuji keagungan Tuhannya, saat ia mengingat penciptanya, kalimat indah yang mampu menyampaikan pesan cinta tatkala orang lain mendengarnya. Bukan malah menjadi bagian yang menjadikan kalimat agung Allahu Akbar terasa menyeramkan di telinga yang lainnya.
____________________________

My heartfelt condolences for all victims of London attack and those who have been affected by this atrocious tragedy.

<12>

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

7 Fakta Mengejutkan Tentang Pelukan
0 Suka, 0 Komentar, 27 Agu 2017

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.