Selain itu, peran zakat juga dapat dilihat dalam konteks pemberdayaan. Banyak lembaga zakat yang tidak hanya fokus pada penyaluran bantuan tunai, tetapi juga berupaya memberdayakan penerima zakat melalui program-program pelatihan. Ini termasuk pelatihan keterampilan, pembangunan usaha kecil, dan pemahaman mengenai manajemen keuangan. Dengan memberdayakan individu melalui pelatihan dan pendidikan, zakat berpotensi mengurangi angka kemiskinan dalam jangka panjang, karena individu tersebut dapat menciptakan sumber pendapatan yang berkelanjutan.
Keberadaan zakat juga membantu menstabilkan perekonomian di tingkat lokal. Ketika dana zakat dialokasikan dengan tepat, mereka dapat digunakan untuk mendukung usaha kecil atau proyek komunitas. Ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga memperkuat perekonomian masyarakat setempat. Oleh karena itu, perhatian terhadap penyaluran zakat yang tepat sasaran sangat penting dalam mengentaskan kemiskinan.
Di Indonesia, misalnya, berbagai lembaga amil zakat telah terbentuk untuk menyalurkan zakat secara sistematis dan terukur. Selain mengumpulkan zakat, mereka juga patut mengembangkan berbagai program sosial yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi dan berbagai platform digital, lembaga zakat kini mampu menjangkau lebih banyak muzakki (pemberi zakat) dan mustahik (penerima zakat). Ini memudahkan penyaluran zakat secara transparan dan akuntabel.
