Nu'man bin Tsabit yang dikenal dengan sebutan Abu Hanifah, atau populer disebut IMAM HANAFI, pernah berpapasan dengan anak kecil yang berjalan mengenakan sepatu kayu (terompah kayu).
Sang Imam berkata: "Hati-hati nak dengan sepatu kayumu itu, jangan sampai kau tergelincir."
Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih, dan bertanya..
"Bolehkah saya tahu namamu Tuan?"tanya si bocah.
"Nu'man namaku", Jawab sang Imam.
"Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar *Al-imam Al-a'dhom*. (Imam Agung) itu..??" tanya si bocah.
"Bukan aku yang memberi gelar itu, masyarakat-lah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku."
Si bocah berkata lagi.. "Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai tuan tergelincir ke neraka karena gelar itu...! Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke dalam api yang kekal, jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya."
Ulama besar yang diikuti banyak umat Islam itupun tersungkur menangis....
Imam Abu Hanifah bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.
Betapa banyak manusia tertipu karena pangkat dan jabatan,
tertipu karena kedudukan,
tertipu karena gelar
tertipu karena kemaqoman
tertipu karena penghormatan
tertipu karena harta yang berlimpah,
tertipu karena status sosial.
Jangan sampai kita tergelincir... jadi angkuh dan sombong karenanya.
PEPATAH MENGATAKAN:
"SEPASANG TANGAN YANG MENARIKMU KALA TERJATUH LEBIH HARUS KAU PERCAYAI_ _DARIPADA SERIBU TANGAN YANG MENYAMBUTMU KALA TIBA DI PUNCAK KESUKSESAN".
Maasyaa Allaah...
Astaghfirullaahal‘adziim