Selain itu, kurikulum sekolah juga perlu dirancang sedemikian rupa sehingga mendorong perkembangan keterampilan berpikir kritis. Hal ini bisa dilakukan dengan memasukkan materi atau kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan analisis, evaluasi, dan kreativitas dalam memecahkan masalah. Misalnya, dengan memberikan tugas proyek yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan gagasan secara mandiri dan menyelesaikan masalah secara kritis.
Tidak hanya dalam konteks akademis, pengembangan keterampilan berpikir kritis juga perlu dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Misalnya, melalui kegiatan debat, sains, atau seni, siswa dapat melatih kemampuan berpikir kritis mereka. Selain itu, pihak sekolah juga bisa memfasilitasi kegiatan-kegiatan semacam ini dengan mengundang pembicara tamu atau mengadakan workshop yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka.
Namun, upaya pengembangan keterampilan berpikir kritis tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah semata. Peran orang tua juga sangat penting dalam membantu mengembangkan keterampilan berpikir kritis anak-anaknya. Orang tua perlu memberikan dukungan dan memberdayakan anak-anak untuk berpikir secara kritis dalam menghadapi berbagai permasalahan sehari-hari. Misalnya, dengan melibatkan anak dalam diskusi keluarga mengenai topik-topik tertentu atau dengan memberikan tantangan-tantangan yang mendorong anak untuk berpikir secara kritis.