Selain itu, faktor internal seperti defisit neraca perdagangan Indonesia dan kenaikan harga minyak dunia juga ikut memperburuk kondisi rupiah. Kondisi politik global yang tidak menentu, termasuk ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China juga ikut memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, termasuk di Indonesia.
Dampak dari melemahnya rupiah terhadap dolar ini tentu sangat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, terutama barang-barang impor, menjadi salah satu dampak langsung yang terasa di tengah-tengah masyarakat. Industri-industri yang sangat bergantung pada impor juga merasakan beban berat akibat biaya produksi yang meningkat. Lalu, sektor pariwisata pun dapat merasakan dampaknya, karena biaya perjalanan ke luar negeri dan pengeluaran wisatawan asing di Indonesia terkena imbas dari pelemahan rupiah.
Untuk menghadapi kondisi ini, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif. Upaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah perlu dilakukan dengan hati-hati dan terukur. Kebijakan moneter dan fiskal yang kuat dan komprehensif diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini. Selain itu, bank sentral perlu memainkan peran yang lebih aktif dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi pasar keuangan.
Sementara itu, para pelaku pasar perlu tetap tenang dan waspada menghadapi kondisi ini. Keberadaan pasar yang tidak pasti memerlukan strategi yang lebih hati-hati dalam mengelola investasi dan keuangan. Di tengah ketidakpastian ini, diversifikasi investasi ke instrumen keuangan yang lebih stabil dan less volatile mungkin menjadi salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan.