Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Nahdlatul Ulama (NU) adalah dua entitas penting dalam politik dan kehidupan sosial keagamaan di Indonesia. PKB, yang didirikan pada 1998, merupakan partai politik yang lahir dari rahim NU, organisasi Islam terbesar di Indonesia. Namun, meski memiliki akar sejarah yang sama, hubungan antara PKB dan NU tidak selalu harmonis. Perselisihan antara kedua pihak ini sering menjadi sorotan media dan publik. Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan konflik antara PKB dan NU.
1. Perbedaan Kepentingan Politik
Salah satu faktor utama yang menyebabkan konflik antara PKB dan NU adalah perbedaan kepentingan politik. NU sebagai organisasi sosial keagamaan memiliki tujuan untuk memperjuangkan kepentingan umat Islam, sementara PKB adalah partai politik yang harus bersaing di arena politik untuk meraih kekuasaan. Kepentingan politik PKB sering kali tidak selalu sejalan dengan kebijakan dan prinsip-prinsip NU. Contohnya, kebijakan PKB yang terlibat dalam koalisi pemerintah atau keputusan politik yang kontroversial sering kali berbenturan dengan pandangan atau keputusan NU.
2. Isu Kepemimpinan dan Kaderisasi
Perselisihan juga muncul terkait dengan isu kepemimpinan dan kaderisasi. NU memiliki struktur kepemimpinan yang hierarkis dan berbasis pada pesantren, sementara PKB sering kali mengangkat kader-kader yang berasal dari latar belakang politik yang lebih luas. Ketegangan ini sering kali terlihat dalam perebutan posisi-posisi strategis dalam struktur NU dan PKB. Ketidakpuasan kader NU terhadap keputusan politik PKB, atau sebaliknya, bisa memicu ketegangan antara kedua belah pihak.