Cooper menambahkan, "Ini sebenarnya adalah jenis kerja sama baru bagi AS dan Jepang, jadi akan butuh banyak usaha dan kami harus membangun sejumlah kekuatan baru untuk bisa melakukannya."
Langkah ini dilakukan saat Washington berupaya untuk mengimbangi Jepang dalam membangun kemampuan militernya. Dorongan untuk mendirikan komando tersebut juga merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mendukung hubungan militer antara kedua negara, yang saat ini berhadapan langsung dengan Rusia dan China.
Pekan lalu, Moskow dan Beijing mengirim patroli pembom gabungan ke Alaska untuk pertama kalinya. Di sisi lain, persenjataan nuklir dan konvensional Pyongyang, yang menjadi rekan China dan Rusia, berkembang pesat.
Menurut strategi pertahanan formal Pentagon, "Rusia, China tetap menjadi ancaman jangka panjang utama bagi AS dan sekutunya di kawasan Pasifik."
AS sendiri membangun portofolio yang kuat di Asia Pasifik beberapa tahun terakhir. Negara itu telah terlibat dalam upaya ambisius untuk membantu Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir serta menghapus pembatasan jangkauan rudal balistik yang dapat dikembangkan Korea Selatan (Korsel).
Christopher Johnstone, mantan pejabat senior AS untuk kebijakan Asia yang kini bekerja di lembaga pemikir Center for Strategic and International Studies di Washington, menyatakan, "Artinya, AS siap mengambil langkah-langkah untuk mendukung kemampuan sekutu dengan cara yang belum pernah kami lakukan sebelumnya."