Hari tes SNPMTN tulis tiba. Dalam keadaan yang memaksakan, Aku datang ke SMPN 19 Bandung tempat Aku melaksanakan tes itu. Usaha terbaik telah dikeluarkan. Ya, Aku menunggu saja hari pengumuman itu tiba. Sambil berharap bahwa ada di antara salah satu kampus itu yang akan aku singgahi kedepannya. Tak lupa, doa Ibu yang senantiasa menguatkan langkah perjuangan ini. Hari pengumuman tiba. Aku tidak lolos, satupun perguruan tinggi tidak ada yang menerimaku. Aku semakin terjatuh, tak berdaya lagi seolah tamat sudah perjuangan diri ini untuk mencapai cita-cita, menempuh pendidikan tinggi persis seperti amanat almarhum meski dalam kondisi kesulitan ekonomi. Akhirnya, tanpa panjang lebar Aku memutuskan diri untuk mencari pekerjaan. Balai Pulp Kertas, karena aku suka kimia sejak dulu maka Aku ingin bekerja di perusahaan yang berkaitan dengan kimia. Tapi sayangnya, Aku tidak ada kesempatan untuk masuk kesana. Persyaratannya harus alumni tamatan SMK yang memang fokus ke kimia.
Terjatuh lagi, terjatuh lagi. Saat itu Aku memang sudah ada pikiran untuk pasrah saja. Menyerah pada keadaan. Tapi, Allah memberikan kekuatan yang amat besar agar Aku bisa bangkit. Ya, bangkit! Beberapa minggu sebelum Ramadhan tiba, Aku mendapatkan informasi bahwa UPI menyelenggarakan test Seleksi Mandiri. Awalnya Aku ragu, karena test Seleksi Mandiri itu pasti mahal bila memang diterima di UPI. Tapi, berkat dorongan orang tua dan kaka-kaka yang hebat Aku memutuskan untuk mengambil kesempatan untuk test Seleksi Mandiri UPI. Entah mengapa, hati dan pikiran ini tergerak untuk memilih Jurusan Bimbingan dan Konseling di bagian pertama dan PGSD di bagian kedua. Karena sedari awal Aku menghindari hitung-hitungan meski hal itu tidak bisa dihilangkan dalam kehidupan kita.Bismillah, pasrah saja Aku serahkan kepada-Nya atas pilihan ini. Semoga yang terbaik, doa pada saat itu sambil berharap besar kepada-Nya.
Ramadhan tiba, sejak minggu awal belum muncul pengumuman. Minggu kedua, menjadi salah satu hari yang istimewa dalam hidupku. Saat Aku cek akun Seleksi Mandiri UPI, melihat langsung ke kolom jurusan Bimbingan dan Konseling sambil berdetak jantungku begitu kencang. Melihat urutan paling atas tidak ada namaku. Semakin kebawah tidak ada. Was-was jadinya dan ketakutan semakin besar namun ada sebuah keoptimisan bahwa Aku pasti lolos! Dan ternyata, Allah mengabulkan permintaanku, juga doa-doa orang-orang hebat yang senantiasa membantuku. Fikri Faturrahman di urutan ke-6 dari bawah lolos ke Jurusan Bimbingan dan Konseling. Alhamdulillah! Tak terasa, tetesan air mata pun mengalir. Kucetak hasil test itu, dan menandai ada namaku disana. Tanpa panjang lebar Aku langsung memberi kabar baik itu kepada Ibuku. Ibuku langsung memelukku sambil berkata “Alhamdulillah, kacumponan Fikri kuliah di Negeri”. Sambil melihat pula mata Ibu yang berkaca-kaca.