Yaya, 33 tahun, menggambarkan pengalamannya menggunakan aplikasi kencan sebagai hal yang "traumatis." Ia pernah mengalami ghosting dari seseorang yang tampaknya mencari hubungan serius, namun ternyata hanya ingin cinta sesaat. Hal ini membuatnya harus menjalani sesi terapi rutin untuk memulihkan mentalnya.
Bagi Stefani, 38 tahun, aplikasi kencan tidak menarik karena ia merasa harus melakukan pengecekan latar belakang setiap orang yang ditemuinya. Ia lebih memilih bertemu pasangan dari lingkaran sosial yang sudah dikenalnya. Feri, 29 tahun, bahkan berpendapat bahwa algoritma aplikasi kencan tidak dirancang untuk menemukan pasangan hidup, melainkan untuk mempertahankan keterlibatan pengguna.
Faktor Ekonomi Bukan Penyebab Utama
Banyak yang beranggapan bahwa kesulitan ekonomi menjadi penyebab utama seseorang memilih untuk tidak menikah. Namun, riset yang dilakukan oleh Bumble menunjukkan bahwa ketidakpastian masa depan—seperti kestabilan pekerjaan, perumahan, dan perubahan iklim—juga berpengaruh besar terhadap keputusan seseorang dalam menjalin hubungan asmara.
Menariknya, banyak individu yang telah mapan secara finansial justru memilih untuk tidak terburu-buru menikah. Desi, seorang pegawai BUMN berusia 31 tahun, menegaskan bahwa ia tidak merasa perlu menikah hanya karena tekanan sosial. "Kalaupun menua sendirian, saya tetap bahagia dan bisa membahagiakan diri sendiri," ujarnya.
Psikolog klinis Rebeka Pinaima menjelaskan bahwa sulitnya membangun genuine connection menjadi faktor utama mengapa hubungan asmara semakin kompleks di era digital. Percakapan yang terjadi di dunia maya cenderung dangkal dan sulit untuk menciptakan keterikatan emosional yang kuat.
Fenomena Dating Fatigue
Salah satu masalah yang sering muncul dalam pencarian pasangan di era digital adalah dating fatigue. Bumble mendeskripsikan kondisi ini sebagai kelelahan emosional akibat terus-menerus mencari pasangan namun tidak menemukan hasil yang memuaskan. Fenomena ini berkaitan dengan paradox of choice, di mana terlalu banyak pilihan justru membuat seseorang lebih sulit mengambil keputusan dan merasa kurang puas dengan pilihannya.