Omid Malekan, seorang profesor di Colombia Business School, menjelaskan bahwa hal ini akan membuat para penambang harus mempertimbangkan kembali biaya versus potensi pembayaran. Melalui halving Bitcoin, sebagian besar penambang akan melihat pembayaran dari imbalan blok mereka dipotong setengahnya.
Menurut Malekan, penambang membutuhkan pendapatan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan, dan terdapat kemungkinan bahwa setelah halving, beberapa penambang tidak lagi mendapat untung dan mungkin akan berhenti menambang.
Memahami kesulitan ini, investor harus melakukan langkah bijak dalam menghadapi halving Bitcoin. Pergerakan harga Bitcoin yang tidak menentu memerlukan strategi investasi yang matang. Investor harus memperhatikan kiat-kiat dari para pakar dan berpikir jernih sebelum mengambil keputusan investasi.
Halving Bitcoin di masa lalu pernah menyebabkan fluktuasi harga yang signifikan. Pada Maret 2024, harga Bitcoin sempat mencapai titik tertinggi, namun hal ini tidak bisa dijadikan prediksi terhadap kinerja di masa depan.
Dunia kripto dikenal sebagai lingkungan yang fluktuatif dan rentan terhadap perubahan harga yang ekstrem. Investasi pada aset kripto tidak menjamin keuntungan, dan investor harus memahami bahwa ada risiko yang terlibat.
Untuk memahami esensi halving Bitcoin, kita perlu memahami bahwa halving Bitcoin adalah peristiwa di mana imbalan atau hadiah yang diterima oleh penambang Bitcoin untuk menyelesaikan satu blok transaksi dalam jaringan Bitcoin, direduksi separuh dari sebelumnya. Pada awalnya, saat Bitcoin pertama kali diluncurkan pada tahun 2009, penambang mendapatkan hadiah sebesar 50 Bitcoin setiap kali mereka menyelesaikan satu blok transaksi. Kemudian, pada tahun 2012, hadiah ini berkurang menjadi 25 Bitcoin, dan akan berkurang lagi pada tahun 2024.
