Memasuki abad ke-19, humor mulai muncul dalam bentuk media baru, seperti surat kabar dan majalah. Karikatur dan komik menjadi populer, dengan tokoh-tokoh lucu yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Selain itu, humor satir mulai berkembang sebagai cara untuk mengkritik pemerintah dan masyarakat. Penulis seperti Mark Twain menggunakan humor untuk menyoroti ketidakadilan sosial, menjadikan humor sebagai alat untuk perubahan sosial.
Di awal abad ke-20, radio dan film membawa humor ke tingkat yang baru. Komedi slapstick, yang ditandai dengan aksi fisik yang lucu, menjadi sangat populer. Tokoh-tokoh seperti Charlie Chaplin dan Buster Keaton menghibur penonton dengan gaya komedi yang unik. Humor juga mulai menjangkau berbagai lapisan masyarakat, menjadikannya lebih inklusif dan beragam.
Seiring berjalannya waktu, humor terus berevolusi. Era pasca-perang dunia kedua melihat munculnya televisi, yang membawa komedi ke rumah setiap orang. Program-program seperti "I Love Lucy" dan "The Dick Van Dyke Show" mengubah cara humor disajikan dan diterima. Dengan format baru ini, komedi menjadi lebih terstruktur dan lebih mudah diakses oleh khalayak luas.
Memasuki abad ke-21, internet telah merevolusi cara kita berkomunikasi dan berinteraksi. Media sosial dan platform berbagi video telah memberikan ruang baru bagi humor. Meme, video lucu, dan komedi stand-up online menjadi cara populer untuk berbagi lelucon dan humor di seluruh dunia. Ini telah menciptakan fenomena global di mana humor dapat dengan cepat menyebar dan menjangkau audiens yang lebih luas.