Sumber foto: detik.news.com

Wisatawan di Labuan Bajo Mengeluh Kena Getok Harga di Kampung Ujung

Tanggal: 10 Jun 2024 06:57 wib.
Sebuah cerita viral tentang wisatawan yang merasa 'dipalak' saat makan di Kampung Ujung, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi perbincangan hangat di media sosial. Melalui unggahan Instagram-nya dengan akun @m8nusantara pada tanggal 30 Mei 2024, wisatawan ini mengungkapkan ketidakpuasannya akan 'harga tidak wajar' yang harus dibayarkan atas makanan yang dikonsumsinya bersama tiga temannya di sana.

Perihal ini menjadi sorotan juga bagi seorang pedagang di Kampung Ujung yang enggan memberitahukan identitasnya. Menurutnya, penjual yang digambarkan dalam video tersebut mengakui bahwa jeruk murni yang dihidangkan memiliki berat sekitar 18 ons. Ia menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan harga di awal transaksi, sehingga pembeli merasa 'dipalak' ketika melihat jumlah yang harus dibayarkan. Dalam wawancara dengan Lifestyle Liputan6.com pada Jumat (7/6/2024), pedagang tersebut mengungkapkan bahwa harga segelas jeruk murni diestimasi sebesar Rp50 ribu. 

Kemudian, pedagang tersebut menjelaskan bahwa harga jeruk madu di pasar adalah sekitar Rp25 ribu per kilogram, dan jika dibeli di dekat kios harganya sekitar Rp30 ribu per kilogram. Menurutnya, penjual tersebut kemungkinan tidak membeli jeruk madu dari pasar, sehingga mengakibatkan penambahan harga menjadi Rp30 ribu per kilogram. 

Terdapat penjelasan lebih lanjut dari pedagang tersebut yang memberikan gambaran bahwa 90% buah dan sayuran yang dijual di Labuan Bajo berasal dari luar daerah tersebut, seperti Bajawa, Ende, dan Maumere di Flores, serta dari luar NTT seperti Bima NTB, Lombok, Bali, dan Jawa Timur. Hal ini memperlihatkan bahwa rantai pasokan yang panjang dan ketergantungan pada pasokan dari luar kawasan menyebabkan kenaikan harga barang.

Dari penjelasan di atas, tergambar bahwa permasalahan kenaikan harga dalam perekonomian lokal di Labuan Bajo tidak hanya terjadi pada sektor makanan dan minuman, tetapi juga pada barang-barang lainnya seperti buah dan sayuran. Pengetahuan ini sangat relevan dalam menyusun strategi pengembangan pariwisata di Labuan Bajo, di mana kebutuhan akan ketersediaan dan stabilitas harga barang-barang konsumsi bagi para wisatawan menjadi hal yang sangat penting.

Pemerintah setempat dapat melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kemandirian pasokan barang konsumsi lokal, seperti menggalakkan pelatihan-pelatihan kepada petani untuk meningkatkan kualitas dan produksi hasil pertanian, dan memperbanyak fasilitas pengolahan dan penyimpanan hasil pertanian lokal untuk meminimalkan ketergantungan pada pasokan dari luar kawasan. Hal ini juga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meratakan distribusi pendapatan di masyarakat setempat.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved