Wisata Halal Didorong Sandiaga, Turis Diminta Ganti Bikini dengan Baju Taqwa
Tanggal: 30 Apr 2025 12:52 wib.
Tampang.com | Upaya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam mengembangkan wisata halal kembali menjadi sorotan. Dalam sebuah forum pariwisata di Lombok pada akhir April 2025, Sandiaga menegaskan bahwa Indonesia bisa jadi pemimpin dunia dalam sektor wisata halal—asal pelancong juga ikut menyesuaikan diri.
Pernyataan mengejutkan pun muncul: turis asing diminta mengenakan pakaian sopan, mengganti bikini dengan “baju taqwa”.
Wisata Halal: Potensi atau Pola Paksaan?
Menurut Sandiaga, wisata halal bukan sekadar tempat tanpa alkohol dan makanan halal, tapi juga menciptakan lingkungan yang selaras dengan nilai dan budaya lokal. Di sinilah ia mengusulkan kode etik berpakaian bagi wisatawan yang berkunjung ke destinasi tertentu.
“Kami ingin menyambut wisatawan global, tapi juga menjaga norma masyarakat lokal. Kalau bisa pakai baju yang lebih sopan, kenapa harus pamer bikini?” ujar Sandi.
Reaksi Turis dan Pelaku Usaha
Usulan ini langsung memantik kontroversi. Beberapa turis menyatakan kekhawatiran soal pembatasan kebebasan, sementara pelaku usaha pariwisata di Bali, Lombok, dan Labuan Bajo khawatir hal ini bisa mengganggu pasar wisata internasional.
“Kalau mereka mau bikin wisata khusus untuk wisatawan Muslim, silakan. Tapi jangan samakan semua destinasi dengan aturan yang sama,” kata pemilik vila di Ubud.
Kompromi atau Ketegangan?
Pemerintah menekankan bahwa wisata halal tidak akan menggantikan pariwisata konvensional, melainkan menjadi segmen baru yang potensial. Tapi jika narasi yang muncul adalah soal “melarang bikini dan mengharuskan baju taqwa,” maka bisa jadi miskomunikasi malah merugikan citra pariwisata nasional.
“Kami bukan melarang, kami mengarahkan pada destinasi yang sesuai. Ada tempat yang bisa lebih longgar, ada yang lebih ketat,” ujar staf Kemenparekraf.
Indonesia Ingin Jadi Pemimpin Wisata Halal Dunia
Indonesia menargetkan posisi nomor satu di Global Muslim Travel Index 2026. Saat ini, negara ini sudah berada di posisi kedua setelah Malaysia. Namun untuk naik ke peringkat pertama, dibutuhkan keseimbangan antara nilai lokal dan keramahan global.
Pakaian Bisa Diatur, Tapi Imajinasi Wisatawan Tak Bisa Dikunci
Inisiatif wisata halal punya tempat tersendiri. Tapi jika pendekatannya lebih banyak bicara soal apa yang dilarang ketimbang apa yang menarik, maka daya saing Indonesia bisa tergelincir.