Ramalan Gempa dari Komik dan Cenayang Bikin Turis Batalkan Liburan ke Jepang
Tanggal: 23 Mei 2025 10:02 wib.
Tampang.com | Industri pariwisata Jepang tengah menghadapi tantangan yang cukup unik. Selain ancaman bencana gempa yang memang nyata, kini ketakutan yang berasal dari ramalan-ramalan di komik, perkataan cenayang, dan prediksi ahli feng shui justru membuat banyak wisatawan, terutama dari Asia Timur, membatalkan atau menunda perjalanan mereka ke Negeri Sakura.
Kisah ini bermula dari sebuah komik Jepang berjudul “The Future I Saw” karya Ryo Tatsuki yang pertama kali terbit pada 1999. Komik tersebut sempat menjadi sorotan karena penulisnya meramalkan bencana besar pada Maret 2011, yang kemudian bertepatan dengan gempa dahsyat di wilayah Tohoku.
Komik dan Ramalan yang Memicu Kepanikan
Versi lengkap komik yang dirilis ulang pada 2021 kembali memunculkan ramalan tentang gempa besar yang diprediksi bakal terjadi pada Juli 2025. Ramalan ini diperkuat oleh beberapa paranormal dan ahli feng shui, sehingga memicu gelombang kekhawatiran di media sosial.
CN Yuen, Direktur agen perjalanan WWPKG di Hong Kong, mengungkapkan bahwa pemesanan tiket ke Jepang selama libur Paskah turun hingga 50 persen, dan diperkirakan tren penurunan ini akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.
Prediksi Gempa, Fakta Ilmiah, dan Sikap Pemerintah Jepang
Secara ilmiah, Jepang memang berada di kawasan Cincin Api Pasifik yang rawan gempa. Pemerintah Jepang juga telah memperingatkan potensi gempa besar di Palung Nankai dalam 30 tahun mendatang. Namun, para ahli seismologi menegaskan bahwa teknologi saat ini belum mampu memprediksi waktu dan lokasi gempa dengan akurat.
Kantor Kabinet Jepang menegaskan bahwa ramalan yang beredar tidak berdasar pada ilmu pengetahuan. Gubernur Miyagi, Yoshihiro Murai, yang wilayahnya terdampak parah oleh gempa 2011, menyatakan kekhawatirannya atas penyebaran rumor tidak ilmiah yang berdampak negatif pada sektor pariwisata.
Reaksi Beragam dari Para Wisatawan
Meski ketakutan menyebar, data dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang justru menunjukkan lonjakan pengunjung hingga 10,5 juta selama kuartal pertama 2025. Wisatawan dari Tiongkok Daratan naik 78 persen, sementara pengunjung dari Hong Kong juga meningkat 3,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, ada wisatawan yang memilih menunda perjalanan. Samantha Tang, seorang guru yoga asal Hong Kong, mengatakan ia ragu melanjutkan rencana liburan ke Wakayama pada Agustus nanti karena banyak isu soal gempa. Pelancong lain, Oscar Chu, juga memutuskan untuk menghindari Jepang tahun ini karena alasan keamanan.
Di sisi lain, Vic Shing, juga dari Hong Kong, justru tidak menghiraukan ramalan tersebut. Ia tetap berkomitmen melakukan perjalanan ke Tokyo dan Osaka pada Juni 2025. Baginya, gempa adalah risiko yang sudah dipahami dan Jepang sudah memiliki sistem tanggap darurat yang sangat baik.
Kesimpulannya, meski ramalan dan isu yang beredar dapat mempengaruhi psikologis wisatawan, Jepang tetap menjadi destinasi wisata favorit dengan kesiapan tinggi dalam menghadapi bencana. Pemerintah dan pelaku pariwisata berharap informasi berbasis fakta dapat lebih menguatkan kepercayaan wisatawan untuk tetap datang ke negara tersebut.