Museum Gedung Sate, Objek Wisata Edukatif yang Baru di Bandung!
Tanggal: 23 Des 2017 09:38 wib.
Hawa liburan semakin kuat terasa dan memang untuk anak sekolah, libur telah tiba! Nah, untuk warga Bandung, ada tempat wisata baru yang bisa menjadi salah satu alternatif tujuan berlibur lho. Khususnya untuk warga Bandung yang memilih untuk berlibur di dalam kota saja. Objek wisata edukatif ini, letaknya ada di pusat kota, dan tak perlu jauh-jauh untuk menuju ke sini. Ini adalah Museum Gedung Sate. Letaknya di mana? Ya pasti sesuai dengan namanya. Lokasinya adalah di Gedung Sate itu sendiri. Kalau ke Bandung, belum afdol kalau belum foto di depan Gedung Sate, jadi pasti sudah familiar lah ya dengan gedung yang menjadi landmark kota Bandung ini. Sebagai catatan, untuk masuk ke museum ini, kalian masuk melalui pintu 7 ya. Jika masih kebingungan juga, bertanyalah pada satpam atau petugas yang ada di sekitar area gedung. Sebagai informasi lagi, museum ini baru dua minggu beroperasi, jadi mungkin belum banyak warga juga yang familiar dengan museum ini. Dan kabar gembiranya lagi, selama bulan Desember, untuk masuk ke museum ini tidak dipungut biaya apapun, alias gratis! Menurut petugas di sana nanti pada bulan Januari akan dikenakan tarif masuk. Oh iya, museum ini buka setiap hari kecuali hari Senin dan hari besar nasional. Selasa hingga Minggu, museum ini buka dari pukul 09.30-16.00.
Ok, ada apa saja di sana? Ketika masuk ke bagian pintu depan, langsung terdengar musik instrumen Sunda dan juga tercium aroma melati. Yang saya rasakan, berasa masuk ke gedung kawinan! Nuansa Sundanya langsung terasa. Setelah mengisi buku tamu, saya dberi semacam gelang kertas tipikal tiket masuk di objek-objek wisata. Nah, bagian awal museum, kita masuk ke ruangan yang super sejuk (rupanya pendingin ruangannya sangat sukses membuat sejuk, bersatu dengan alunan instrument, dan aroma melati). Di ruangan ini kalian akan melihat berbagai display dengan penampilan yang super modern! Jangan bayangkan jika isinya hanya foto yang dipajang secara konvensional dengan berbagai tulisan yang monoton. Ada foto dan tulisan yang disajikan dalam bentuk digital canggih. Karena layarnya bisa disentuh, bahkan ada display yang mengigatkan saya pada film Iron Man, ketika Tony Stark berbicara dengan Jarvis (komputernya yang canggih itu). Nah, touch screen seperti itu ada di sini. Layar yang berisi tentang blue print Gedung Sate, perencanaan awalnya, dan lain sebagainya. Ada juga layar yang menampilkan tentang profil gubernur, wakil gubernur, dan juga tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam berdirinya Gedung Sate ini. Ada juga display mengenai jendela Gedung Sate dan makna di balik lambang yang ada di jendela tersebut. Intinya, sungguh banyak informasi mengenai Gedung Sate dan perjuangan rakyat Jawa Barat di ruangan pertama ini.
Selanjutanya saya masuk ke ruang audio visual. Nah di ruangan ini saya kemudian menonton film pendek yang berdurasi kurang lebih 10 menit. Dari film ini juga, saya kemudian menjadi tahu mengapa ada museum ini. Jadi, museum ini ada untuk menjawab berbagai keingin tahuan masyarakat mengenai Gedung Sate dan juga perjuangan rakyat pada masa itu. Perjuangan rakyat ternyata tak bisa dipisahkan dengan berdirinya Gedung Sate. Intinya setelah menonton film, kecintaan saya pada Jawa Barat, khususnya Bandung semakin bertambah. Saya tak menyangka ternyata Gedung Sate ini bisa dibilang sebagai salah satu bukti nyata perjuangan dan harapan para pendahulu kita. Sebagai catatan, jika ruangan ini masih kosong, carilah petugas dan bertanya kapan film bisa ditayangkan.
Selanjutnya, ada ruangan augmented virtual. Ruang yang manarik perhatian saya. Kecanggihan teknologi berhasil membuat kita seolah-olah sedang berada di zaman perjuangan. Jadi kita masuk ke ruangan yang di dalamnya ada semacam perkakas atau peralatan bertukang dan bertani zaman dulu. Nah, ketika kita melihat ke layar TV di ruangan itu, seolah-olah kita berada bersama dengan orang-orang zaman dulu. Sebagai catatan, kita bisa meminta teman kita untuk mengambil gambar kita dari layar TV. Mengapa tak bisa selfie saja? Karena kalau kita selfie akan sangat kelihatan bohongannya, amsa orang zaman perjuangan selfie. Hahaha... Kalau masih bingung dengan penjelasan ini, mending datang saja langsung ke ruangan ini.
Selanjutnya di sana saya mencoba simulasi naik balon udara. Awalnya saya berharap bisa naik balon udara sungguhan. Tapi ternyata baru simulasinya saja yang saya coba. Jadi kita akan mengenakan kacamata khusus dan naik ke balon udara (note: tanpa balon). Melalui kacamata itu kita seakan berada di atas Gedung Sate dan melihat pemandangan area sekitar Gedung Sate dari atas. Lumayan, efek berada di atasnya kerasa kok. Oh, iya, lagi-lagi ini memang menggunakan teknologi. Jika teman ingin melihat juga pemandangan yang sedang kita lihat, ia bisa menyaksikannya dari layar.
Catatan terakhir, museum ini menyuguhkan informasi dan pengalaman dengan memadukan unsur tradisional dan modern. Tunggu apa lagi, yuk ke Museum Gedung Sate Bandung!