Kelenteng Sam Poo Kong, Peninggalan Besar Laksamana Cheng Ho di Semarang

Tanggal: 30 Jul 2018 13:03 wib.
Seperti di kota besar lainnya di Indonesia, semacam Jakarta dan Palembang, Kota Semarang juga memiliki jejak peninggalan bangsa Tiongkok berabad-abad lalu. Kehadiran mereka memberi pengaruh besar terhadap perjalanan suatu kota. Di Semarang, salah satu kepingan sejarah bangsa Tiongkok tergambar dari sejumlah kelenteng yang menghiasi kota. Kehadiran kelenteng tak sekadar menjadi tempat sembahyang atau ziarah, tetapi mempercantik kota yang kemudian menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang sayang jika dilewatkan.

Salah satu kelenteng yang kesohor di Semarang adalah Kelenteng Sam Poo Kong. Letaknya agak jauh dari pusat kota. Bagi Pemerintah Kota Semarang, Kelenteng Sam Poo Kong adalah salah satu kawasan wisata unggulan. Tak heran jika kemudian akses menuju ke sana dipermudah.

Dari kawasan Simpang Lima, perjalanan ke Kelenteng Sam Poo Kong di daerah Simongan memakan waktu hampir 45 menit. Untuk masuk ke kelenteng, harga tiketnya murah meriah, yaitu Rp 3.000 per orang. Kelenteng buka setiap hari pukul 7.00 - 21.00 untuk para wisatawan. Namun jika niatnya untuk sembahyang, kelenteng buka 24jam.

Saat masuk, pengunjung akan disambut toko cendera mata dan booth foto kostum. Jika Anda ingin berfoto memakai kostum ala bangsawan Tiongkok, Anda bisa membayar Rp 80.000 per orang. Biaya itu untuk mendapatkan dua lembar foto ukuran 4R. Setelah area cenderamata, pengunjung akan melewati pohon-pohon teduh lengkap dengan sejumlah bangku taman berwarna merah.

Bangku-bangku kayu itu agaknya sumbangan warga yang dilibatkan pada revitalisasi kelenteng. Selain bangku kayu, ada pula meja bulat dari batu lengkap bersama kursinya yang dibentuk seperti guci dengan ukiran naga merah khas Tiongkok.

Di bagian dalam halaman kelenteng, bangunan merah dengan atap bangunan khas Tiongkok menyambut. Bangunan itu mencolok mata dengan pilar-pilar besar berukiran naga. Di depan bangunan, patung-patung prajurit Tiongkok berdiri gagah menjadi objek foto yang tak bisa dilewatkan.

Menyeberang dari bangunan pertama, lilin-lilin besar hampir setinggi manusia dewasa dan patung-patung dewa menjadi pemandangan yang menarik perhatian. Pagar tinggi menghalangi siapa pun untuk masuk ke dalam kuil. Di dalamnya biasanya sejumlah orang sedang bersembahyang sambil mengacungkan bio yang mengepul.

Akan tetapi, ternyata bangunan itu tidak boleh sembarangan dimasuki. Jika memang ingin masuk, dengan alasan sembahyang atau melihat ke dalam, pengunjung harus merogoh kocek Rp 20.000 per orang. Seperti bangunan khas Tiongkok lainnya, warna merah, patung naga, dan singa mendominasi kuil tersebut.

Bergeser ke kiri kuil, patung Laksamana Cheng Ho (Zheng He) setinggi lebih dari dua meter berdiri tegak. Pada plakat batu tertulis, patung itu diresmikan pada 29 Juli 2011 oleh Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. Keberadaan Kelenteng Sam Poo Kong tak bisa dilewatkan dari sejarah panjang kedatangan Laksamana Cheng Ho. Di plakat batu yang tertempel di bawah patung tersebut dituliskan autobiografi singkat sang laksamana.

Dalam catatan sejarah, Laksamana Cheng Ho adalah seorang Muslim, tetapi oleh orang Tiongkok dianggap dewa. Hal ini dapat dimaklumi mengingat agama Kong Hu Cu atau Tau menganggap orang yang sudah meninggal dunia dapat memberikan pertolongan kepada mereka. Selain itu, Laksamana Cheng Ho juga rnenyebarkan kebaikan dan perdamaian.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved