Cuaca Jadi Biang Keterlambatan Penerbangan, Ini Kata Kemenhub dan Maskapai
Tanggal: 25 Mei 2025 00:58 wib.
Tampang.com | Keterlambatan penerbangan domestik di Indonesia masih menjadi masalah yang terus berulang, terutama saat musim angkutan padat seperti Lebaran. Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Lukman F. Laisa, menegaskan bahwa cuaca buruk menjadi faktor dominan di balik keterlambatan tersebut.
Lukman mengungkapkan, selama masa angkutan Lebaran 2025 yang berlangsung dari 21 Maret hingga 11 April, tingkat ketepatan waktu (on-time performance/OTP) penerbangan domestik mencapai 83 persen. Angka ini memang cukup tinggi, tetapi masih tertinggal dibandingkan OTP penerbangan internasional yang mencapai 91,88 persen.
“Fasilitas bandara internasional yang lebih baik memungkinkan proses transit berjalan lebih efisien,” jelas Lukman dalam forum tersebut.
Kinerja Menurun Dibanding Tahun Lalu
Jika dilihat dari data kumulatif, OTP penerbangan domestik pada Januari-April 2024 tercatat 79,73 persen, dan menurun menjadi 78,7 persen pada periode yang sama di tahun 2025. Selain cuaca, keterlambatan juga dipicu oleh faktor teknis operasional dan manajemen maskapai. Namun, Lukman menekankan bahwa cuaca tetap menjadi penyebab yang paling dominan.
Untuk menangani masalah ini, pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan. Salah satunya adalah pengelolaan keterlambatan (delay management) berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 89 Tahun 2015, serta regulasi terbaru Permenhub Nomor 2 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara.
Masalah Transit dan Jarak Antar Terminal
Presiden Direktur Lion Air Group, Daniel Putut Kuncoro Adi, turut angkat suara. Menurutnya, jauh dan tidak efisiennya konektivitas antar terminal bandara juga memperparah masalah keterlambatan, terutama di Bandara Soekarno-Hatta.
Ia mencontohkan penumpang dari Medan menuju Jayapura yang harus transit di Jakarta. Lion Air mendarat di Terminal 1A, sementara penerbangan lanjutan Garuda Indonesia berangkat dari Terminal 3. “Bayangkan harus berpindah dari Terminal 1A ke Terminal 3 dalam waktu singkat, itu jadi tantangan besar,” ungkap Daniel.
Meski sudah ada kereta layang (kalayang) sebagai penghubung antar terminal, Daniel menilai fasilitas ini belum maksimal karena tidak langsung terintegrasi di dalam terminal. Ia mendorong agar sistem transportasi internal bandara didesain ulang agar lebih efisien seperti di banyak bandara internasional lainnya.
Pengalaman Langsung: Penerbangan Tertunda karena Cuaca
Keterlambatan penerbangan akibat cuaca juga dialami langsung tim Kompas.com yang terbang dengan Citilink dari Malang menuju Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Jumat (23/5/2025). Pesawat semula dijadwalkan mendarat pukul 16.15 WIB. Namun, mendekati pendaratan, pilot terpaksa membatalkan pendaratan dan menaikkan ketinggian karena jarak pandang yang rendah akibat cuaca buruk.
Pesawat sempat berputar-putar selama 30 menit di langit Bekasi, sebelum akhirnya berhasil mendarat pukul 16.50 WIB. Keterlambatan total sekitar 35 menit ini menjadi bukti nyata bagaimana cuaca ekstrem bisa mengganggu jadwal penerbangan secara signifikan.