Zhong Shanshan Kritik Pinduoduo: Perang Harga dan Kelalaian Pemerintah China
Tanggal: 27 Nov 2024 08:41 wib.
Orang terkaya di China saat ini, Zhong Shanshan, yang juga merupakan pendiri perusahaan minuman Nongfu Springs, mengkritik kehadiran platform belanja online Pinduoduo (PDD) Holdings, induk perusahaan ecommerce Temu. Berdasarkan data dari Forbes, kekayaan Zhong mencapai US$ 51,7 miliar atau setara dengan Rp 822 triliun.
Pada saat kunjungan ke sebuah daerah di China timur, Zhong menuduh PDD Holdings menciptakan perang harga yang merusak berbagai perusahaan dan industri di tengah-tengah kemerosotan ekonomi China. Dalam rangkaian pernyataan yang sangat jarang diungkap, Zhong juga mengkritik pemerintah China, mempertanyakan kemandiriannya dalam mencegah tren harga yang sangat rendah.
Kompetisi yang semakin memanas di pasar e-commerce telah memimpin pada sistem penetapan harga yang tidak sehat, dengan platform seperti Pinduoduo yang dianggap mendesak harga lebih rendah, merugikan merek-merek China dan industri di negara itu. "Platform internet telah menjatuhkan sistem harga [kami]. Secara khusus, sistem penetapan harga Pinduoduo telah menyebabkan kerugian besar pada merek-merek China dan industri di sana," ungkap Zhong seperti yang dikutip oleh media milik pemerintah China, The Paper.
Kritiknya terhadap pemerintah juga terdengar jelas saat Zhong menyoroti kurangnya intervensi pemerintah terhadap tren tersebut. "Pemerintah belum mengintervensi orientasi industri ini, dan saya pikir pemerintah telah lalai dalam tugasnya," kata dia, menurut transkrip yang diterbitkan oleh Sina Technology dan dalam beberapa video yang dibagikan oleh website berita, dikutip dari CNN.
Perusahaan ini telah berhasil memanfaatkan pergeseran pola konsumsi di China, satu dari negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Namun, pernyataan Zhong tidak sepenuhnya disambut hangat, terutama karena perusahaannya juga telah menjadi sasaran serangan sebelumnya. Awal tahun ini, ia menghadapi gelombang serangan dari kaum nasionalis yang menuduhnya tidak memiliki rasa patriotisme. Kampanye tersebut menekan harga saham perusahaan minumannya dan merusak penjualannya.
Di Indonesia, Temu juga tidak luput dari kontroversi. Meskipun berusaha mendaftar beberapa kali, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan larangan keras terhadap operasional Temu di tanah air. Temu dianggap sebagai "pembunuh UMKM lokal" karena konsepnya yang menjual barang langsung dari pabrik ke konsumen, membuatnya meraih ketidaksetujuan dari banyak pihak. Meskipun begitu, Temu masih berupaya untuk masuk ke pasar Indonesia dengan mencoba mendaftarkan bisnisnya di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Namun, pemerintah RI dengan tegas memblokir usaha Temu untuk memasuki pasar tanah air.
Selain itu, situasi ini juga mencerminkan dampak dari persaingan harga di industri e-commerce yang semakin memanas. Mengingat Temu menawarkan harga jual yang jauh lebih murah, khawatirannya adalah dampaknya terhadap persaingan yang sehat. Hal ini juga menjadi perhatian di banyak negara, termasuk di China dengan perdebatan seputar sistem harga yang ada.
Dalam konteks ini, dari sudut pandang konsumen, persaingan harga yang ketat dapat dianggap menguntungkan karena menawarkan harga yang lebih rendah. Namun, dari sudut pandang industri dan pelaku usaha, persaingan harga yang tidak sehat dapat merusak ekosistem bisnis dalam jangka panjang.
Pada akhirnya, kritik dari Zhong Shanshan terhadap Pinduoduo dan pemerintah China menggambarkan ketegangan yang sedang terjadi di sektor e-commerce, yang akan mempengaruhi arah pembangunan industri e-commerce di masa depan. Kritik ini juga memberikan gambaran tentang kompleksitas dan tantangan yang dihadapi oleh industri e-commerce, tidak hanya di China tetapi juga di negara lain, termasuk Indonesia.