Sumber foto: iStock

Xiaomi, Oppo, dan Vivo Siap Tinggalkan Google? Inilah Strategi Diam-Diam Raksasa Teknologi China Hadapi Ancaman AS

Tanggal: 17 Mei 2025 22:21 wib.
Ketegangan antara dua kekuatan teknologi terbesar dunia, yakni China dan Amerika Serikat (AS), kembali memanas. Kali ini, bukan hanya Huawei yang menjadi sorotan karena sanksi dagang AS, tetapi sejumlah perusahaan teknologi raksasa asal China lainnya seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, dan OnePlus juga mulai menyusun strategi untuk menghadapi kemungkinan serupa: kehilangan akses terhadap layanan Google.

Menurut laporan dari XiaomiTime, situs pemantau perkembangan Xiaomi, perusahaan tersebut tengah mengembangkan sistem operasi terbaru yang diberi nama HyperOS 3. Ini merupakan langkah besar yang mencerminkan tekad Xiaomi untuk mulai mengurangi ketergantungan terhadap Android dan Google, dua elemen penting dalam dunia smartphone saat ini.

Menariknya, Xiaomi tidak bergerak sendirian. Pengembangan HyperOS 3 melibatkan kolaborasi strategis bersama Huawei dan BBK Group, induk dari Oppo, Vivo, dan OnePlus. Informasi ini dikutip dari situs teknologi Gizchina pada Kamis, 15 Mei 2025.

Kolaborasi Besar-Besaran: China Bersatu Hadapi Ancaman Teknologi

Jika pengembangan HyperOS 3 berhasil dan diterapkan luas, maka kita berpotensi menyaksikan perubahan besar dalam peta industri smartphone global. Sistem operasi ini bisa menjadi alternatif kuat bagi Android, terutama untuk pasar China yang memang sejak lama tidak terlalu bergantung pada layanan Google karena pembatasan dari pemerintah lokal.

Langkah ini sangat mirip dengan strategi yang diambil oleh Huawei beberapa tahun lalu. Setelah dilarang sepenuhnya menggunakan Android karena sanksi dari pemerintah AS, Huawei mengembangkan sistem operasi mandiri bernama HarmonyOS. Saat itu, banyak pihak meragukan kelangsungan Huawei di pasar global, tetapi perusahaan tersebut tetap bertahan dengan membangun ekosistemnya sendiri.

Kini, kolaborasi Xiaomi, Oppo, dan Vivo dalam mengembangkan HyperOS 3 disebut-sebut sebagai bentuk antisipasi atas skenario terburuk: pemutusan total akses dari layanan Google. Seiring meningkatnya ketegangan geopolitik dan persaingan teknologi, kekhawatiran bahwa AS dapat memperluas pembatasan ke perusahaan China lainnya semakin membesar.

Xiaomi Sudah Mulai Mandiri? Ini Buktinya

Meski saat ini Xiaomi masih menggunakan sistem Android dan menikmati berbagai layanan dari Google seperti Play Store dan Google Maps, perusahaan ini rupanya mulai menunjukkan tanda-tanda kemandirian teknologi. Salah satu sinyal terkuat adalah pengembangan chip 3-nanometer milik mereka sendiri. Chip ini dikabarkan akan diluncurkan dalam waktu dekat, dan menjadi bagian dari upaya Xiaomi untuk tidak bergantung pada pemasok teknologi Barat.

Langkah Xiaomi ini tentu saja menjadi perhatian serius bagi pemerintah AS. Semakin banyak perusahaan China yang berupaya menciptakan solusi teknologi mandiri, semakin kuat pula kekhawatiran bahwa China bisa lepas dari dominasi teknologi AS.

Namun, di sisi lain, pengembangan sistem operasi alternatif seperti HyperOS 3 bukanlah hal mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah membangun toko aplikasi yang dapat bersaing dengan Google Play Store secara global. Hal ini membutuhkan waktu, sumber daya, dan dukungan ekosistem developer yang luas.

Pasar Global vs. Pasar Domestik: Tantangan dan Prioritas

Jika Xiaomi dan rekan-rekannya akhirnya benar-benar memutuskan untuk meninggalkan Android dan layanan Google, fokus utama mereka kemungkinan akan bergeser ke pasar dalam negeri, yakni China. Hal ini cukup masuk akal karena Google memang telah lama diblokir di China, sehingga pengguna di sana terbiasa dengan sistem operasi dan layanan alternatif seperti AppGallery dari Huawei atau toko aplikasi milik Tencent dan Baidu.

Namun, bagi pasar internasional, mengembangkan OS yang bisa diterima secara luas tetap menjadi tantangan. Tidak mudah membuat pengguna global berpindah dari Android ke sistem baru tanpa kehilangan kenyamanan, kompatibilitas aplikasi, dan ekosistem yang selama ini dibangun Google dengan sangat kuat.

Oleh karena itu, banyak analis memandang bahwa HyperOS 3 bisa jadi merupakan rencana cadangan (plan B) yang disiapkan untuk menghadapi situasi darurat. Dengan kata lain, sistem operasi ini bukan untuk menggantikan Android secara langsung dalam waktu dekat, melainkan sebagai asuransi jika sewaktu-waktu perusahaan teknologi China kembali dijatuhi sanksi oleh AS.

Bagaimana Dampaknya ke Pengguna Global?

Untuk saat ini, pengguna smartphone Xiaomi di luar China tidak perlu merasa cemas. Semua layanan Google masih tersedia dan berjalan normal. Namun, tren ini menunjukkan bahwa para raksasa teknologi China mulai mengambil langkah antisipatif dengan serius.

Kehadiran HyperOS 3 dan pengembangan chip sendiri adalah sinyal bahwa mereka tidak ingin bergantung penuh pada teknologi luar negeri yang bisa sewaktu-waktu dibatasi oleh kebijakan geopolitik. Jika dalam beberapa tahun ke depan sistem ini berkembang dan stabil, bukan tidak mungkin kita akan menyaksikan munculnya ekosistem baru yang benar-benar terpisah dari dominasi Google dan Android.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved