Xiaomi, Oppo, dan Vivo Dikabarkan Siap Tinggalkan Layanan Google
Tanggal: 13 Mei 2025 22:05 wib.
Tampang.com | Tiga vendor smartphone besar asal China, yaitu Xiaomi, Oppo, dan Vivo, dikabarkan tengah bersiap melangkah ke arah yang sama seperti Huawei: merancang sistem operasi ponsel tanpa dukungan Google Mobile Services (GMS). Jika kabar ini benar, langkah tersebut bisa menjadi perubahan besar dalam ekosistem Android global.
Xiaomi Kembangkan HyperOS 3 Tanpa Google
Menurut laporan dari XiaomiTime, Xiaomi saat ini tengah mengembangkan HyperOS 3, sistem operasi terbaru yang rumornya tidak akan mendukung layanan Google. Ini membuatnya serupa dengan HarmonyOS milik Huawei yang lahir dari pembatasan teknologi oleh pemerintah Amerika Serikat.
Namun Xiaomi tidak sendirian. Disebutkan bahwa perusahaan ini bekerja sama dengan Huawei serta merek lain di bawah BBK Group seperti Oppo, Vivo, dan OnePlus untuk memperkuat ekosistem mandiri tanpa ketergantungan terhadap teknologi Google.
Pasar China Jadi Target Utama?
Jika rencana ini direalisasikan, kemungkinan besar perangkat tanpa layanan Google hanya akan dipasarkan di China. Hal ini masuk akal, mengingat layanan Google memang tidak beroperasi secara resmi di Negeri Tirai Bambu.
Namun, membawa ponsel tanpa dukungan GMS ke pasar global bisa menjadi tantangan besar. Sebab, layanan seperti YouTube, Google Maps, dan Play Store sudah menjadi bagian penting dalam pengalaman pengguna Android di luar China.
Tantangan Baru untuk Google dan Pasar Internasional
Langkah ini tak hanya menjadi ujian bagi para vendor smartphone, tapi juga bisa menjadi ancaman bagi dominasi Google dalam ekosistem Android global. Menurut data dari Canalys, pada kuartal pertama 2025, Xiaomi berada di posisi ketiga merek smartphone terbesar dunia dengan pangsa pasar 14 persen. Sementara Oppo dan Vivo masing-masing menyusul dengan 8 persen.
Jika ketiganya benar-benar beralih ke sistem operasi mandiri tanpa GMS, Google berpotensi kehilangan jutaan pengguna layanan mereka.
Dipicu Oleh Ketegangan Geopolitik dan Trump Effect
Isu ini juga tak lepas dari situasi geopolitik yang sedang memanas. Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat disebut sebagai pemicu utama memanasnya kembali perang dagang antara AS dan China.
Trump diketahui kembali menaikkan tarif impor terhadap produk-produk dari China. Langkah ini mengingatkan pada tahun 2019 saat Trump memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam (entity list), yang membuat Huawei kehilangan akses ke teknologi asal AS, termasuk Android dan GMS.
Situasi inilah yang mendorong Huawei mengembangkan sistem operasinya sendiri, HarmonyOS, serta layanan alternatif bernama Huawei Mobile Services (HMS).
Mungkinkah HyperOS Menjadi Penantang Baru Android Global?
Jika Xiaomi dan vendor lainnya sukses dengan implementasi HyperOS 3 (atau sistem sejenis), bukan tidak mungkin kita akan melihat lahirnya ekosistem baru yang bisa menyaingi dominasi Android dan iOS, setidaknya di kawasan Asia.
Namun, keputusan untuk melepas GMS di pasar global jelas bukan langkah mudah. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada respons pasar dan kesiapan ekosistem alternatif yang ditawarkan.