Xiaomi Geser Apple di China! Apa yang Bikin iPhone Tersingkir dari Tahta Pasar Terbesar Dunia?
Tanggal: 7 Mei 2025 20:53 wib.
Tampang.com | Pada kuartal pertama tahun 2025, peta persaingan industri smartphone di pasar terbesar dunia mengalami pergeseran signifikan. Xiaomi, merek teknologi asal China, berhasil mengambil alih posisi Apple dan menjadi pemimpin pasar smartphone di negeri Tirai Bambu. Kejadian ini bukan hanya menjadi sorotan industri, tetapi juga menandai perubahan arah dalam dominasi merek global yang selama ini dikuasai oleh raksasa teknologi asal Amerika Serikat.
Berdasarkan laporan riset dari Canalys, sepanjang Januari hingga Maret 2025, pengiriman smartphone di China mengalami pertumbuhan sebesar 5%, dengan total pengapalan mencapai 70,9 juta unit. Di tengah tren positif ini, Xiaomi mencatatkan prestasi luar biasa dengan pertumbuhan pengapalan mencapai 40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini membawa Xiaomi ke posisi teratas dengan pangsa pasar sebesar 19%, sekaligus menjadikannya sebagai pemimpin baru dalam kompetisi ketat industri ponsel pintar di China.
Pencapaian Xiaomi tidak terjadi secara tiba-tiba. Keberhasilannya didukung oleh strategi lintas produk yang solid, termasuk integrasi erat antara smartphone, tablet, hingga perangkat rumah pintar dalam satu ekosistem yang saling terhubung. Tak hanya itu, perusahaan ini juga memanfaatkan momentum dari program subsidi nasional yang diluncurkan pemerintah Tiongkok sejak 8 Januari 2025. Program tersebut memberikan insentif berupa potongan harga hingga 15% untuk perangkat teknologi seperti ponsel, jam tangan pintar, dan tablet dengan harga di bawah 6.000 yuan atau sekitar Rp13 juta. Strategi ini sangat menguntungkan bagi Xiaomi, yang dikenal memiliki lini produk dengan harga bersaing namun berkualitas tinggi.
Sementara itu, Huawei juga menunjukkan kebangkitan yang signifikan. Perusahaan ini menempati posisi kedua dengan pangsa pasar 18% dan pertumbuhan tahunan sebesar 12%. Produk-produk seperti Huawei Mate XT dan Pura X, ditambah dengan perkembangan sistem operasi buatan sendiri HarmonyOS Next, menarik perhatian konsumen dalam negeri yang semakin condong pada produk lokal. Kekuatan Huawei terletak pada nasionalisme merek dan kemampuannya beradaptasi dalam tekanan geopolitik, menjadikannya salah satu pesaing utama yang mampu menantang dominasi pemain asing.
Berbeda nasib dengan dua pesaing lokal tersebut, Apple harus rela turun ke posisi kelima dengan hanya mencatatkan pangsa pasar sebesar 13%. Ini merupakan kemerosotan tajam bagi perusahaan yang selama bertahun-tahun menjadikan China sebagai salah satu pasar utama sekaligus pusat produksi perangkat iPhone. Penurunan ini dinilai akibat beberapa faktor utama, di antaranya adalah meningkatnya sentimen nasionalisme konsumen, kebijakan subsidi pemerintah yang kurang mendukung produk premium seperti iPhone, serta minimnya inovasi lokalisasi dari Apple untuk pasar Tiongkok.
Selain Xiaomi dan Huawei, merek lokal lainnya seperti Oppo dan Vivo juga berhasil mempertahankan posisi mereka di peringkat tiga dan empat, masing-masing dengan pangsa pasar 15%. Keduanya terus menunjukkan performa stabil di tengah ketatnya persaingan, berkat strategi distribusi yang luas dan pengembangan fitur-fitur yang sesuai dengan kebutuhan konsumen lokal.
Salah satu tren penting yang ikut mewarnai pergeseran pasar adalah kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam perangkat smartphone. Sekitar 22% dari seluruh unit yang dikapalkan di China selama kuartal pertama 2025 dilengkapi dengan fitur AI, dan angka ini diprediksi akan meningkat drastis hingga 40% pada akhir tahun. Ini menandakan bahwa produsen yang mampu mengintegrasikan AI ke dalam produknya secara efektif akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar masa depan.
Perubahan struktur pasar ini tentu menjadi tekanan besar bagi Apple. Sebagai perusahaan yang sebelumnya sangat bergantung pada pasar China untuk pendapatan globalnya, Apple kini dihadapkan pada tantangan serius untuk menyesuaikan strategi bisnis. Perusahaan harus mempertimbangkan kembali pendekatannya terhadap harga, fitur lokal, dan inovasi teknologi jika ingin kembali merebut hati konsumen di wilayah yang sangat dinamis ini.
Di sisi lain, dominasi Xiaomi di kuartal ini mengukuhkan statusnya sebagai pemain utama yang tidak hanya mampu bersaing dalam hal teknologi, tetapi juga dalam strategi pemasaran, efisiensi rantai pasok, dan adopsi teknologi masa depan. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Xiaomi akan semakin memperkuat posisinya, tidak hanya di pasar domestik tetapi juga secara global.
Kesimpulannya, perubahan peta persaingan smartphone di China pada awal tahun 2025 menunjukkan bagaimana dinamika pasar bisa berubah drastis dalam waktu singkat. Konsumen semakin cerdas dan sadar akan pilihan mereka, sementara produsen harus cepat berinovasi dan beradaptasi terhadap perubahan preferensi, kebijakan pemerintah, serta perkembangan teknologi. Apple, yang dulu mendominasi, kini harus mengevaluasi kembali pendekatannya. Sementara itu, Xiaomi membuktikan bahwa kombinasi antara harga terjangkau, strategi ekosistem, dan dukungan pemerintah bisa menjadi kunci untuk memenangkan pasar yang sangat kompetitif.