WhatsApp Diam-Diam Siapkan Fitur Privasi Super Ketat: Media Tak Bisa Lagi Disimpan Sembarangan!
Tanggal: 10 Apr 2025 20:18 wib.
WhatsApp, aplikasi perpesanan instan yang digunakan oleh miliaran orang di seluruh dunia, kini tengah mengembangkan sebuah fitur privasi terbaru yang digadang-gadang akan membawa pengalaman berkirim pesan ke level yang lebih aman. Fitur ini ditemukan dalam versi beta terbaru WhatsApp untuk Android, dan menjadi sorotan karena memungkinkan pengguna mengontrol penyimpanan media yang dikirimkan.
Selama ini, media seperti foto, video, hingga dokumen yang diterima lewat WhatsApp secara otomatis akan tersimpan di galeri ponsel penerima. Hal ini menjadi kebiasaan default yang tak bisa dihindari, kecuali si penerima mematikan opsi penyimpanan otomatis di pengaturan aplikasi.
Namun, melalui pembaruan yang sedang diuji coba ini, WhatsApp memperkenalkan opsi baru di mana pengirim pesan dapat memilih agar media yang dikirim hanya bisa dilihat sekali tanpa langsung tersimpan di perangkat penerima. Jadi, file tersebut tidak akan langsung muncul di galeri atau file manager penerima kecuali diberikan izin.
Kehadiran fitur ini menandai langkah besar WhatsApp dalam memperkuat sistem privasinya, terutama di tengah meningkatnya kekhawatiran pengguna terhadap kontrol data pribadi dan penyebaran media secara bebas. Dalam keterangan dari GSM Arena (8/4/2025), fitur tersebut merupakan perluasan dari sistem “pesan sekali lihat” atau view once messages yang sebelumnya hanya berlaku pada pesan atau foto/video tertentu yang otomatis menghilang setelah dilihat.
Dengan fitur baru ini, pengguna bisa mengatur jenis pesan reguler dan media biasa menjadi lebih aman, bahkan tanpa harus masuk ke mode pesan menghilang. Ini artinya, pengirim akan memiliki lebih banyak kendali atas bagaimana media yang mereka kirim diperlakukan oleh penerima.
Lebih jauh, pembaruan ini tak hanya sekadar membatasi penyimpanan media, tapi juga memblokir kemampuan penerima untuk mengekspor seluruh riwayat percakapan dalam satu obrolan, jika pengaturan privasi lanjutan tersebut diaktifkan. Hal ini tentunya memberikan proteksi tambahan bagi pengguna yang memiliki percakapan sensitif, penting, atau bersifat pribadi.
Namun, penting untuk dicatat bahwa pengaturan ini tidak akan membatasi fitur message forwarding alias penerusan pesan ke orang lain. Jadi, jika seseorang ingin meneruskan pesan teks, mereka tetap bisa melakukannya—hanya saja media yang dikirim tidak bisa dengan mudah diakses dan dibagikan kembali dari galeri.
Fitur ini dikenal sementara dengan sebutan “advanced chat privacy” atau pengaturan privasi obrolan lanjutan. Ketika diaktifkan, fitur ini juga akan menonaktifkan integrasi Meta AI dalam percakapan tersebut. Artinya, pengguna tidak bisa menggunakan fitur asisten berbasis kecerdasan buatan milik Meta saat berada di ruang obrolan dengan tingkat privasi tinggi ini.
Langkah ini kemungkinan besar diambil untuk mencegah adanya pencatatan atau analisis tambahan oleh sistem Meta AI terhadap obrolan yang bersifat pribadi atau sensitif, yang mana sesuai dengan visi fitur tersebut: menjaga percakapan tetap rahasia dan aman hanya antara pengirim dan penerima.
Meski masih dalam tahap pengembangan, fitur ini diyakini akan menjadi opsional atau bersifat opt-in, sehingga pengguna bisa memilih sendiri apakah ingin mengaktifkannya atau tetap menggunakan pengaturan default seperti biasa. WhatsApp pun kemungkinan akan terus menambahkan peningkatan dan pengujian selama fase beta ini berlangsung.
Jika nanti dirilis secara resmi ke publik, fitur ini dapat menjadi game changer dalam dunia perpesanan digital, apalagi bagi mereka yang selama ini kerap mengirim data penting, foto pribadi, atau dokumen kerja melalui WhatsApp.
Di sisi lain, fitur ini juga bisa menjadi tameng perlindungan bagi pengguna yang khawatir media mereka disalahgunakan, seperti diunggah ulang tanpa izin, disimpan untuk tujuan yang tidak etis, atau digunakan sebagai alat manipulasi digital seperti deepfake dan lain sebagainya.
Privasi digital kini memang menjadi isu krusial, terlebih setelah berbagai kasus pelanggaran data dan penyebaran konten pribadi secara ilegal yang terjadi di banyak negara. WhatsApp tampaknya menangkap isu ini dengan serius, dan menjawabnya lewat pendekatan teknologi yang proaktif.
Sementara itu, sejumlah pengguna WhatsApp beta telah mulai mencoba fitur ini dan memberikan feedback awal. Reaksi mereka sebagian besar positif, dengan banyak yang menyebut fitur ini sebagai langkah penting dalam mengontrol distribusi media digital di era komunikasi cepat.
Namun seperti fitur baru lainnya, adopsi luas dari fitur ini tentu memerlukan waktu. WhatsApp masih akan menguji kestabilan, kenyamanan penggunaan, serta dampak fitur ini terhadap pengalaman pengguna secara keseluruhan sebelum benar-benar merilisnya ke semua perangkat Android maupun iOS.
Dengan pembaruan ini, WhatsApp membuktikan bahwa mereka tidak hanya berfokus pada kecepatan dan fungsionalitas, tetapi juga menjadikan keamanan dan privasi sebagai pilar utama dari platform mereka.
Seiring meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap perlindungan data pribadi, inovasi seperti ini sangat dibutuhkan—dan dapat menjadi inspirasi bagi aplikasi lain untuk melakukan hal serupa.