Waspada Jaringan Palsu! Android 16 Siapkan Tameng Digital Hadapi Kejahatan BTS Palsu
Tanggal: 30 Jun 2025 22:18 wib.
Kejahatan siber terus berkembang mengikuti zaman, salah satunya melalui jaringan seluler palsu atau yang dikenal sebagai Fake BTS (Base Transceiver Station). Aksi penipuan ini sempat menghebohkan publik, terutama karena dampaknya yang sangat merugikan—dari pencurian data pribadi hingga pembobolan rekening bank. Untungnya, Android 16 hadir membawa solusi yang menjanjikan dalam menangkal ancaman tersebut lewat fitur keamanan terbaru yang dirancang khusus untuk mendeteksi dan memberi peringatan dini kepada pengguna.
Android 16 menghadirkan fitur canggih yang mampu mendeteksi keberadaan jaringan seluler palsu, terutama yang berperan sebagai simulator BTS atau menara operator seluler tiruan. Perangkat ini memang sengaja dirancang untuk menyamar sebagai jaringan resmi, yang kemudian secara diam-diam mengakses informasi pribadi dari perangkat di sekitarnya. Data yang dikumpulkan bisa sangat sensitif, termasuk informasi login, data perbankan, dan aktivitas pengguna lainnya.
Fitur ini secara otomatis akan mengirimkan notifikasi peringatan saat ponsel pengguna mencoba terhubung dengan jaringan mencurigakan atau tidak aman. Pengguna pun diberikan kendali penuh untuk mengaktifkan atau menonaktifkan notifikasi tersebut sesuai kebutuhan dan preferensi keamanan masing-masing.
Tak hanya itu, pembaruan ini juga memperkenalkan opsi perlindungan dari jaringan 2G. Seperti diketahui, jaringan 2G memiliki sistem keamanan yang lemah dan sering menjadi pintu masuk bagi serangan cyber, termasuk pencurian data melalui perangkat BTS palsu. Dengan memblokir akses ke jaringan 2G, pengguna dapat mengurangi risiko terhubung ke saluran komunikasi yang mudah dieksploitasi oleh pelaku kejahatan.
Namun, fitur keamanan terbaru ini tidak akan langsung tersedia untuk semua perangkat Android. Dilansir dari Android Authority dan Engadget (30 Juni 2025), teknologi ini baru akan sepenuhnya berfungsi pada generasi perangkat Android mendatang. Salah satu kandidat utama adalah Google Pixel 10, yang dikabarkan segera dirilis. Hal ini disebabkan karena fitur deteksi BTS palsu membutuhkan dukungan perangkat keras (hardware) khusus yang belum tersedia pada mayoritas perangkat Android saat ini.
Kejahatan Fake BTS bukanlah isu baru. Modus serupa sempat mencuat dalam pelaksanaan pemilu seperti Pilkada dan Pilpres pada tahun 2019 dan 2023. Saat itu, oknum menggunakan teknologi BTS palsu untuk memata-matai atau memanipulasi komunikasi di sekitar area tertentu.
Memasuki tahun 2025, pola kejahatan ini berkembang lebih kompleks dan menyasar dunia perbankan. Beberapa wilayah seperti Jakarta, Bandung, dan Denpasar dilaporkan menjadi target utama. Pelaku menyamar sebagai perwakilan bank resmi dan menggunakan BTS palsu untuk mendapatkan akses ke data sensitif nasabah. Dalam banyak kasus, korban bahkan tidak menyadari bahwa ponsel mereka sedang terkoneksi dengan jaringan tidak resmi—hingga rekening mereka dibobol dan dana raib dalam hitungan menit.
Denny Setiawan, Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), menjelaskan bahwa alat pemancar sinyal palsu ini sangat sulit dilacak. Alasannya, perangkat tersebut bersifat intermittent, alias hanya aktif dalam waktu sangat singkat—sekitar dua menit—lalu berpindah lokasi. Bahkan ada alat yang cukup kecil untuk disembunyikan di dalam saku atau kendaraan, menjadikannya sangat mobile dan sulit dideteksi aparat.
"Perangkat ini bisa hanya aktif selama dua menit, kemudian hilang jejaknya. Sifatnya sangat mobile dan intermittent, jadi melacak sumber pancaran sangatlah menantang," ujar Denny dalam sebuah wawancara.
Langkah Android 16 dalam mengintegrasikan sistem perlindungan jaringan semacam ini bisa menjadi tonggak penting dalam keamanan digital konsumen. Seiring meningkatnya ancaman siber, perlindungan perangkat tidak bisa lagi hanya bergantung pada aplikasi antivirus atau VPN semata. Perlu ada perlindungan langsung dari sistem operasi yang mendeteksi potensi ancaman sebelum terjadi.
Dengan makin banyaknya aktivitas penting yang dilakukan secara digital, mulai dari perbankan, belanja daring, hingga komunikasi rahasia, penting bagi pengguna untuk memahami risiko yang mungkin datang dari hal-hal yang tampak sepele seperti jaringan seluler. Android 16 hadir membawa harapan baru agar para pengguna merasa lebih aman dan terlindungi dari ancaman digital yang semakin canggih.
Meskipun belum tersedia secara luas, langkah awal Android ini patut diapresiasi. Pengguna disarankan untuk terus memperbarui perangkat lunak dan tetap waspada terhadap notifikasi atau perilaku ponsel yang tidak biasa. Selain itu, edukasi mengenai kejahatan BTS palsu juga perlu ditingkatkan, agar masyarakat bisa mengenali dan menghindari modus-modus penipuan yang memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk merugikan.
Dengan kolaborasi antara pengembang sistem operasi, regulator, dan kesadaran dari pengguna, masa depan keamanan digital bisa lebih cerah dan terjamin.