Warga RI Waswas Pekerjaan Hilang Digantikan AI, Ini Buktinya
Tanggal: 31 Okt 2024 21:59 wib.
Penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) semakin marak digunakan di kalangan profesional di Indonesia. Menurut laporan Jobstreet berjudul 'Decoding Global Talent 2024: Edisi GenAI', 1 dari 2 pekerja di Indonesia pernah menggunakan genAI, baik untuk tujuan profesional maupun pribadi. Data ini memberikan gambaran tentang dampak dan keberadaan genAI di ranah pekerjaan di Indonesia. Meskipun demikian, penggunaan genAI di Indonesia masih belum sebanyak negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Perkembangan teknologi AI telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pekerja, terutama terkait keberlangsungan pekerjaan di masa depan. Sebagian besar responden survei dari Jobstreet percaya bahwa pekerjaan mereka akan terdampak oleh AI dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. Hal ini mendorong mereka untuk belajar dan mengembangkan keterampilan baru guna tetap relevan di pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif.
Data dari Jobstreet menunjukkan bahwa 38% responden menyatakan bahwa sebagian tugas mereka akan berubah akibat penggunaan genAI, sementara 30% lainnya menyatakan bahwa pekerjaan mereka secara keseluruhan akan mengalami perubahan. Di sisi lain, 22% responden merasa bahwa pekerjaan mereka tidak akan terpengaruh, sementara 10% mengkhawatirkan kehilangan pekerjaan mereka akibat semakin meluasnya penggunaan genAI.
Lebih lanjut, laporan Jobstreet mencatat bahwa 97% responden Indonesia bersedia untuk melakukan reskilling agar tetap kompetitif dalam pasar tenaga kerja. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya dan juga skala global. Selama tahun 2023, 40% responden Indonesia rutin melakukan reskilling setiap minggunya, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan 32% di Asia Tenggara.
Survei global yang melibatkan lebih dari 180 negara, termasuk 19,154 tenaga kerja di Indonesia, memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana kecerdasan buatan telah merevolusi lanskap pekerjaan di berbagai sektor. Dari survei ini terlihat bahwa adaptasi terhadap perkembangan teknologi AI telah menjadi hal yang penting bagi para pekerja, baik untuk mempertahankan pekerjaan maupun untuk memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja yang semakin beragam.
Dari pandangan Country Head of Marketing Jobstreet Sawitri, teknologi AI telah mengubah cara kerja di berbagai sektor, termasuk di bidang pemasaran. Hal ini menuntut para pekerja untuk mengembangkan keterampilan baru agar tetap relevan dan efektif dalam lingkungan kerja yang semakin terintegrasi dengan teknologi AI. Dengan demikian, adaptasi terhadap teknologi AI tidak hanya sekadar menjadi harapan, tetapi menjadi kebutuhan yang tidak terhindarkan di era digital ini.
Dalam konteks global yang semakin terhubung, adaptasi terhadap teknologi AI menjadi prioritas yang tidak bisa dielakkan. Diperlukan perubahan mindset dan kesadaran akan perubahan yang terjadi di sekitar kita. Dengan reskilling yang terencana dan berkelanjutan, diharapkan para pekerja mampu menjawab tantangan yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi AI. Hal ini akan membantu menciptakan ekosistem kerja yang adaptif dan inovatif di masa depan.
Penggunaan genAI tidak hanya berdampak pada perubahan pekerjaan, tetapi juga memengaruhi cara kerja dan strategi yang diterapkan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Terlepas dari kekhawatiran terhadap penggantian pekerjaan oleh AI, adaptasi dan reskilling terbukti menjadi langkah yang diambil oleh para pekerja di Indonesia untuk tetap relevan dan kompetitif di era AI.
Dari data yang dihadirkan oleh laporan Jobstreet, tampaknya para pekerja di Indonesia telah mengenali pentingnya adaptasi terhadap teknologi AI sebagai langkah strategis demi kelangsungan karier mereka. Diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, perusahaan, dan individu untuk menciptakan ekosistem kerja yang responsif terhadap perkembangan teknologi AI dan mengakselerasi proses reskilling di Indonesia.