Sumber foto: Google

Vivo Lepas Senjata Rahasia: Vision Discovery Edition Datang ke Indonesia — Siap Menjarah Empat Sudut Kota!

Tanggal: 21 Nov 2025 11:03 wib.
Vivo baru saja mengumumkan kabar besar bagi para penggemar teknologi di Indonesia: Vision Discovery Edition, headset mixed reality (MR) perdana mereka, akan hadir untuk dicoba publik mulai 27 November 2025. Tapi bukan hanya soal peluncuran ada misi serius di baliknya: memperkenalkan era baru interaksi digital yang lebih natural dan imersif bagi masyarakat Tanah Air. Liputan6+2detikinet+2

“Gratis Coba, Tapi Hanya di Kota Besar” Vivo Siap Pancing Antusiasme

Menurut rilis Vivo Indonesia, unit demo Vision Discovery Edition akan tersedia di Jakarta, Surabaya, dan Medan mulai tanggal 27 November. Liputan6+2Jagat Gadget+2 DetikINET menegaskan bahwa pengalaman mencoba headset ini bisa dilakukan secara gratis, tanpa pembelian, sehingga menjadi peluang langka bagi publik untuk merasakan teknologi MR dari dekat. detikinet

Beberapa lokasi demo pun sudah ditetapkan:



Vivo Store di Central Park Mall serta Emporium Pluit (Jakarta) Jagat Gadget


Vivo Store di WTC Lantai 3 (Surabaya) Jagat Gadget


Vivo Store di Plaza Medan Fair (Medan) Jagat Gadget



Keputusan Vivo untuk hanya menghadirkan unit coba di tiga kota besar ini jelas tak sembarangan strategi ini memancing rasa penasaran publik sekaligus menguji penerimaan pasar sebelum ekspansi lebih jauh.

Spesifikasi Canggih, Bobot Enteng

Headset ini dibekali desain kompak dan bobot ringan hanya 398 gram, membuatnya nyaman dipakai lama. Liputan6+1 Kombinasi bantalan wajah khusus dan tali double-loop memberi stabilitas saat digunakan saat bergerak. Liputan6

Dari sisi performa, Vision Discovery Edition ditenagai oleh Snapdragon XR2 Plus Gen 2, dipadukan dengan layar Micro-OLED 8K ganda (binocular) yang menawarkan visual sangat tajam dan imersif. detikinet+1

Interaksi Tanpa Sentuhan: Sistem OriginOS Vision

Yang paling menarik: cara interaksi dengan headset ini sangat natural. Vivo mengusung OriginOS Vision, sistem operasi yang memungkinkan kontrol hanya dari gerakan mata dan tangan. Pengguna bisa “melihat” (looking), mencubit (pinching), atau menyeret (dragging) elemen virtual di udara. detikinet

Teknologi pelacakan mata (eye-tracking) memiliki akurasi hingga 1,5 derajat, serta ruang kebebasan gerak hingga 26 derajat, yang membuat navigasi terasa sangat halus dan intuitif. Liputan6+1

Pengalaman Imersif di Dunia Maya

Vivo tidak hanya menjanjikan tampilan visual berkualitas tinggi: headset ini juga mendukung pengalaman seperti mobile cinema (nonton video skala besar), game MR, hingga produktivitas spasial. detikinet Latensi passthrough warna penuh diklaim hanya 13 ms, sehingga transisi antara dunia nyata dan dunia virtual terasa mulus. detikinet

Konten-konten yang bisa dinikmati pun sangat beragam: dari aplikasi hiburan, video imersif, hingga penggunaan produktivitas berbasis ruang digital, semua bisa dijelajahi dengan navigasi tangan dan mata.

Strategi Vivo: Uji Coba Sebelum Komersialisasi

Vivo jelas mengambil langkah hati-hati. Menurut Jagat Gadget, perangkat ini belum dijual secara massal di Indonesia saat ini — yang tersedia hanya unit demo untuk pengujian publik. Jagat Gadget Strategi seperti ini memungkinkan Vivo mengukur respons pasar, membangun awareness, dan menyiapkan ekosistem lokal sebelum berinvestasi besar pada produksi massal di Indonesia.

Langkah ini juga mencerminkan pendekatan Vivo di bidang XR: tidak sekadar meniru, tetapi mengeksplorasi potensial mixed reality sebagai bagian dari masa depan interaksi digital.

Tantangan Besar di Depan

Meskipun demo gratis dan spesifikasi canggih, tantangan Vivo tidak kecil:



Adopsi Pasar: MR masih sangat niche di Indonesia. Banyak orang belum familiar dengan konsep headset seperti ini dan mungkin masih skeptis soal kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari.


Konten Lokal: Untuk menarik minat pengguna dalam jangka panjang, Vivo perlu menghadirkan konten lokal yang relevan baik aplikasi hiburan, edukasi, maupun produktivitas agar lebih banyak pengguna merasa “berguna” memakai headset ini.


Harga Komersial: Bila nanti dijual, harga akan jadi faktor penentu. Headset XR kelas premium biasanya mahal, dan Vivo harus menyesuaikannya agar menarik pengguna Indonesia, terutama yang belum terbiasa dengan teknologi ini.


Infrastruktur: Pengalaman MR akan maksimal bila ekosistem pendukung seperti konten MR, koneksi internet cepat, dan dukungan komunitas berkembang dengan baik di Indonesia.



Makna Besar: Menandai Era Baru

Kedatangan Vision Discovery Edition di Indonesia bisa jadi merupakan momen penting. Ini bukan sekadar gimmick—Vivo tampaknya serius membawa mixed reality ke masyarakat luas. Bila respons positif, bisa jadi awal bagi ekosistem XR di Indonesia untuk berkembang: lebih banyak perangkat, konten lokal, dan pengguna yang terbiasa “hidup” di antara dunia nyata dan maya.

Vivo sendiri menegaskan bahwa mereka ingin MR terasa “lebih manusiawi dan intuitif.” Liputan6 Dengan demo di kota-kota besar, mereka memberi sinyal kuat: tidak hanya siap tes pasar, tapi siap bangun ekosistem pengguna lokal.

Mulai 27 November 2025, Vivo Vision Discovery Edition bisa dicoba secara gratis di Jakarta, Surabaya, dan Medan — sebuah langkah berani dari Vivo untuk membawa teknologi MR ke Indonesia. Dengan desain ringan, kontrol alami lewat mata dan tangan, serta konten imersif, perangkat ini punya potensi besar. Tapi tantangan tetap besar: konten lokal, harga, dan adopsi pasar akan sangat menentukan apakah headset ini sekadar demo keren atau awal revolusi XR di Indonesia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved