Video Palsu Sulit Dikenali, Deepfake Ancam Ruang Publik Digital!
Tanggal: 17 Mei 2025 13:08 wib.
Tampang.com | Kemajuan teknologi kecerdasan buatan menghadirkan ancaman baru bagi ruang publik digital: deepfake. Video palsu hasil manipulasi AI yang meniru wajah, suara, dan gerak seseorang dengan sangat meyakinkan kini banyak beredar di media sosial. Akibatnya, masyarakat semakin sulit membedakan mana yang fakta dan mana yang rekayasa.
Dari Lelucon Jadi Alat Manipulasi Publik
Awalnya dianggap lucu dan menghibur, kini teknologi deepfake disalahgunakan untuk menyebarkan hoaks, menjatuhkan reputasi tokoh, bahkan memicu ketegangan politik. Beberapa kasus di Indonesia menunjukkan bagaimana video deepfake digunakan untuk menyudutkan pejabat, selebritas, atau aktivis.
“Jika publik terus-menerus disuguhi konten manipulatif, maka kepercayaan pada informasi bisa runtuh total,” kata Deni Rahmadani, peneliti literasi media dari ICT Watch.
Sulit Dideteksi dengan Mata Telanjang
Berkat kemajuan algoritma, video deepfake kini sangat realistis. Tanpa alat forensik digital, mayoritas pengguna internet tidak bisa membedakan video palsu dari yang asli, apalagi dalam format pendek seperti reels dan stories.
Minim Regulasi, Lemahnya Literasi Digital
Indonesia belum memiliki kebijakan khusus soal penggunaan dan penyebaran deepfake. Di sisi lain, literasi digital masyarakat masih rendah, membuat penyebaran konten palsu ini makin sulit dibendung.
Solusi: Edukasi Massal dan Tanggung Jawab Platform
Pemerintah dan platform digital harus bekerja sama membatasi konten deepfake berbahaya. Masyarakat juga harus diberi edukasi tentang cara mendeteksi tanda-tanda manipulasi digital serta pentingnya tidak langsung percaya dan membagikan konten sensasional.