Video dan Suara Palsu Kian Meyakinkan, Deepfake Bisa Rusak Reputasi Siapa Saja!
Tanggal: 17 Mei 2025 13:10 wib.
Tampang.com | Dunia maya kini semakin sulit dipercaya. Teknologi deepfake—yang memungkinkan pembuatan video dan audio palsu dengan akurasi tinggi—semakin banyak digunakan di Indonesia. Bukan hanya untuk lelucon, tapi mulai menyentuh ranah kriminal, politik, dan penipuan digital.
Teknologi Canggih, Tapi Disalahgunakan
Dengan bermodal AI generatif, suara tokoh publik bisa ditiru secara presisi, video mereka bisa dimanipulasi agar tampak mengatakan hal yang tak pernah diucapkan. Ini bukan lagi soal editan kasar, tapi rekayasa visual dan suara yang nyaris tak terdeteksi mata awam.
“Deepfake bisa merusak reputasi seseorang hanya dalam hitungan detik. Apalagi jika video itu tersebar luas sebelum sempat diverifikasi,” jelas Irfan Raditya, pakar forensik digital.
Politik, Penipuan, dan Kekacauan Informasi
Menjelang pemilu atau momen sosial besar, ancaman deepfake semakin nyata. Dari politisi yang dibuat seolah-olah mengucapkan ujaran kebencian hingga suara atasan yang dimanipulasi untuk memerintahkan transfer uang, potensi penyalahgunaan terus meluas.
Masyarakat Rentan Terjebak karena Minim Literasi Digital
Karena masih banyak yang percaya pada informasi visual tanpa proses verifikasi, konten deepfake berpeluang besar memicu kepanikan, kebencian, bahkan kerusuhan siber. Ini menjadikan masyarakat sebagai korban sekaligus penyebar misinformasi.
Solusi: Deteksi Deepfake dan Pendidikan Digital
Pengembangan alat deteksi deepfake oleh komunitas forensik digital dan platform media sosial harus dibarengi dengan peningkatan literasi masyarakat tentang teknologi AI. Verifikasi dua arah dan pengecekan sumber informasi menjadi sangat penting di era ini.