UMKM Ramai Masuk E-commerce, Tapi Banyak yang Gagal Bertahan!
Tanggal: 13 Mei 2025 22:12 wib.
Tampang.com | Pertumbuhan e-commerce di Indonesia menjadi peluang besar bagi UMKM untuk go digital. Platform seperti Tokopedia, Shopee, dan TikTok Shop telah membuka akses pasar yang lebih luas. Namun, di balik lonjakan jumlah pelaku usaha daring, banyak yang justru menyerah karena tak mampu bersaing dalam ekosistem digital yang kejam.
Banyak Masuk, Banyak Juga yang Tumbang
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, lebih dari 22 juta UMKM sudah masuk ke ranah digital. Namun, sekitar 40% dari mereka tidak mampu bertahan lebih dari satu tahun.
“Masuk marketplace itu mudah, bertahan di dalamnya yang sulit. Ada algoritma, biaya iklan, hingga perang harga yang tak semua UMKM siap hadapi,” ujar Dimas Wahyudi, analis ekonomi digital.
Dominasi Brand Besar dan Modal Iklan Tinggi
Pelaku usaha kecil sering kalah bersaing dengan brand besar yang punya anggaran iklan tak terbatas. Produk lokal UMKM tersisih dari halaman pencarian karena algoritma yang lebih menguntungkan penjual dengan engagement dan penjualan tinggi.
Literasi Digital Pelaku UMKM Masih Lemah
Banyak pelaku UMKM masih belum paham cara mengoptimalkan konten, memanfaatkan data konsumen, hingga membaca performa toko online. Hal ini membuat strategi pemasaran mereka stagnan dan tidak efisien.
“Digitalisasi tanpa pendampingan hanya akan mengubah tempat jualan, bukan meningkatkan daya saing,” tegas Dimas.
Solusi: Pendampingan Nyata dan Regulasi Algoritma Marketplace
Pemerintah perlu mendorong program literasi digital lanjutan bagi UMKM, termasuk strategi branding, pemasaran, dan manajemen keuangan online. Selain itu, transparansi algoritma dan perlindungan terhadap pelaku usaha kecil di marketplace perlu diatur agar tidak selalu dikalahkan modal besar.
Ekonomi Digital Harus Berpihak pada yang Kecil, Bukan Cuma yang Siap
Tanpa kebijakan yang adil, ekonomi digital hanya akan memperkuat oligopoli digital, bukan memberdayakan rakyat.