Sumber foto: iStock

Uber Ubah Strategi! Tak Lagi Potong Komisi, Apa Dampaknya untuk Driver?

Tanggal: 21 Feb 2025 08:45 wib.
Uber, salah satu raksasa transportasi online dunia, sempat mencoba peruntungannya di Indonesia sebelum akhirnya hengkang pada 2018. Bisnisnya di Asia Tenggara pun dijual ke Grab. Setelah itu, Uber lebih berfokus pada ekspansi di berbagai belahan dunia lainnya, termasuk India, dengan berbagai strategi untuk tetap bersaing di industri transportasi online.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, Uber terus melakukan penyesuaian terhadap model bisnisnya. Salah satu langkah terbarunya adalah menghentikan pemotongan biaya komisi bagi driver online. Perubahan ini ditujukan secara khusus untuk moda transportasi roda tiga, yang di Indonesia dikenal sebagai bajaj.

Menurut laporan Tech Crunch yang dikutip pada Kamis (20/2/2025), perubahan ini merupakan respons Uber terhadap meningkatnya persaingan dengan layanan transportasi lokal seperti Rapido dan Namma Yatri di India. Sebelumnya, Uber menerapkan sistem potongan komisi yang berkisar antara 25-40% dari setiap perjalanan, namun kini mereka memilih skema baru agar lebih kompetitif di pasar.

Bagaimana Skema Baru Uber Bekerja?

Alih-alih mengambil komisi dari pendapatan driver, Uber kini menerapkan sistem setoran harian bagi pengemudi yang ingin menggunakan platformnya dan mendapatkan penumpang. Dengan cara ini, Uber berharap dapat meningkatkan daya saing dan menarik lebih banyak pengemudi untuk bergabung, sehingga pada akhirnya berkontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan perusahaan di India.

Layanan bajaj Uber pertama kali diperkenalkan di India pada 2015. Namun, sempat dihentikan sebelum akhirnya kembali beroperasi pada 2018. Keputusan Uber untuk menghapus komisi pada layanan bajaj tidak hanya diterapkan di India, tetapi juga di Bangladesh dan beberapa negara Asia lainnya. Di wilayah-wilayah tersebut, Uber memperkenalkan skema langganan (subscription) bagi pengemudi bajaj dan sepeda otomatis.

Pengumuman ke Driver dan Dampaknya

Uber telah mengumumkan perubahan ini melalui email yang dikirimkan kepada para pengemudi di India. Perlu diketahui bahwa layanan bajaj memberikan kontribusi sebesar 25% terhadap total perjalanan Uber di negara tersebut, sehingga kebijakan ini memiliki dampak yang cukup signifikan.

Sebelumnya, pesaing Uber seperti Rapido dan Namma Yatri telah lebih dulu menerapkan skema tanpa komisi dan menggantinya dengan model langganan. Dengan perubahan yang dilakukan Uber, kini para driver tidak lagi harus membayar potongan besar dari setiap perjalanan yang mereka lakukan. Sebagai gantinya, mereka hanya perlu membayar setoran harian dengan besaran yang bervariasi tergantung pada kota tempat mereka beroperasi, yakni sekitar 20-40 rupee (Rp 3.700-Rp 7.500) per hari.

Keuntungan dan Tantangan Bagi Driver

Bagi para driver, kebijakan baru ini bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, mereka tidak perlu lagi menghadapi potongan komisi yang cukup besar dari setiap perjalanan. Ini berarti mereka bisa mendapatkan penghasilan yang lebih pasti dan lebih mudah menghitung keuntungan harian mereka. Namun, di sisi lain, skema setoran harian berarti mereka harus tetap membayar biaya kepada Uber meskipun jumlah penumpang mereka sedang sepi.

Keputusan Uber ini juga menunjukkan bagaimana model bisnis transportasi online terus berkembang. Banyak perusahaan mulai beralih dari sistem komisi ke sistem berbasis langganan atau setoran harian untuk menarik lebih banyak pengemudi dan mempertahankan daya saing mereka di pasar yang semakin kompetitif.

Apa Dampaknya untuk Pasar Transportasi Online?

Langkah Uber ini berpotensi mengubah dinamika industri transportasi online, terutama di India dan negara-negara lain yang menghadapi persaingan ketat dengan layanan transportasi lokal. Jika skema ini terbukti efektif dalam meningkatkan jumlah pengemudi dan pendapatan perusahaan, bukan tidak mungkin model serupa akan diadopsi di negara lain.

Selain itu, kebijakan ini juga menandakan bahwa perusahaan besar seperti Uber harus terus beradaptasi dengan perubahan tren pasar. Dengan meningkatnya popularitas layanan tanpa komisi, Uber perlu memastikan bahwa skema baru ini tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan, tetapi juga tetap menarik bagi para pengemudi yang menjadi tulang punggung operasional mereka.

Kesimpulan

Dengan tidak lagi mengambil komisi dari pengemudi bajaj di India dan beberapa negara Asia lainnya, Uber berupaya meningkatkan daya saingnya di pasar yang terus berubah. Meskipun kebijakan ini membawa keuntungan bagi sebagian driver, tantangan tetap ada dalam hal stabilitas penghasilan mereka. Keputusan ini juga menjadi bukti bahwa industri transportasi online masih terus berinovasi dalam mencari model bisnis terbaik yang dapat menguntungkan semua pihak.

Apakah strategi ini akan berhasil membawa Uber ke puncak persaingan kembali? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Namun, satu hal yang pasti, para pemain di industri ini harus terus beradaptasi agar tetap relevan di pasar yang semakin dinamis.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved