Sumber foto: iStock

Tuduhan Inggris terhadap Hacker Ransomware Rusia Terkait dengan Intel Kremlin

Tanggal: 3 Okt 2024 05:28 wib.
Badan Kejahatan Nasional (NCA) Inggris menuduh peretas ransomware asal Rusia telah menerima perintah langsung dari badan intelijen Kremlin untuk melakukan serangan siber dan operasi spionase terhadap sekutu NATO. Penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh NCA telah mengungkapkan hubungan erat antara grup peretas ini dengan badan intelijen utama Rusia, yaitu Federal Security Service (FSB), Foreign Intelligence Service (SVR), dan General Staff of the Armed Forces (GRU).

Grup peretas yang dikenal dengan nama Evil Corp, dipimpin oleh Maksim Yakubets yang terkenal karena gaya hidup mewahnya, telah dilaporkan terlibat dalam peretasan sebelum tahun 2019. Mereka menggunakan software berbahaya untuk melakukan pemerasan terhadap ratusan bank dan lembaga keuangan di lebih dari 40 negara, dan berhasil merebut jutaan dolar AS sebagai hasil dari tindakan kejahatan mereka.

Pada bulan Desember 2019, pemerintah AS memberlakukan sanksi terhadap Evil Corp dan menuduh Maksim Yakubets sebagai individu yang memberikan "bantuan" kepada pemerintah Rusia, termasuk dalam hal "mendapatkan dokumen rahasia." Ini menunjukkan betapa seriusnya peran grup peretas ini dalam melakukan kejahatan cyber internasional.

Selain Yakubets, NCA juga menyebutkan Aleksandr Ryzhenkov, seorang tersangka pemimpin Evil Corp, yang terlibat dalam operasi spionase melalui grup ransomware Rusia bernama LockBit, menggunakan nama samaran "Beverley." Bahkan, mertua Yakubets, Eduard Benderskiy, seorang mantan pejabat tinggi dari unit rahasia FSB, juga terlibat dalam membantu para peretas dalam melindungi diri dari serangan balik internal otoritas Rusia.

Terkait dengan hal ini, Departemen Keuangan AS menambahkan tujuh orang dan dua entitas yang diduga terkait dengan Evil Corp ke dalam daftar sanksi mereka. Selain itu, Departemen Kehakiman AS juga merilis dakwaan terhadap Ryzhenkov atas penggunaan ransomware BitPaymer untuk menyerang para korban di Texas dan wilayah lain di AS.

Reaksi dari pihak pemerintah juga terlihat jelas. Pemerintah Inggris, AS, dan Australia pada hari Selasa mengumumkan sanksi yang diberlakukan terhadap grup tersebut. Inggris, misalnya, menjatuhkan sanksi kepada 16 orang yang diduga terlibat dengan Evil Corp, termasuk Yakubets, Benderskiy, dan Ryzhenkov. 

Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, pun menegaskan bahwa sanksi ini bertujuan untuk memberikan pesan kepada Kremlin bahwa serangan siber Rusia tidak akan ditoleransi. Pernyataan ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menanggapi ancaman cyber internasional yang berasal dari Rusia.

Hal ini jelas menunjukkan bahwa ancaman serius dari serangan siber oleh kelompok peretas Rusia harus ditangani dengan tindakan konkret dan tegas dari pihak berwenang. Perlindungan data dan keamanan cyber tidak hanya menjadi tanggung jawab dari satu negara, melainkan juga memerlukan kerjasama dan tanggung jawab bersama dari seluruh komunitas internasional.

Tindakan yang diambil oleh pemerintah Inggris, AS, dan Australia sebagai respons terhadap ancaman dari grup peretas ini, harus menjadi contoh bagi negara-negara lain untuk juga bertindak tegas dalam menanggapi ancaman serupa. .
Copyright © Tampang.com
All rights reserved