Trump Geram ke Apple: "Berhenti Bangun di India, Pulang dan Produksi di AS!"
Tanggal: 18 Mei 2025 07:38 wib.
Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat pernyataan kontroversial yang menyasar raksasa teknologi dunia, Apple Inc. Dalam sebuah wawancara yang dikutip dari CNBC International pada Jumat (16/5/2025), Trump menyatakan ketidaksenangannya terhadap keputusan Apple yang terus memperluas operasinya di luar negeri, khususnya di India. Ia mengaku telah langsung meminta CEO Apple, Tim Cook, agar segera menghentikan pembangunan fasilitas produksi di negara tersebut dan memindahkan operasional kembali ke tanah kelahirannya, Amerika Serikat.
Dalam pernyataannya, Trump menuturkan bahwa ia merasa telah banyak memberikan dukungan kepada Apple, terutama dalam hal regulasi dan insentif fiskal selama masa pemerintahannya. Oleh karena itu, dia merasa kecewa ketika mengetahui bahwa Apple justru mengembangkan fasilitas produksi besar-besaran di India.
"Saya katakan padanya, 'Temanku, saya sudah memperlakukanmu dengan sangat baik. Kamu datang dengan investasi US$500 miliar, tapi saya dengar kamu malah membangun pabrik di seluruh India'," ujar Trump dengan nada kesal.
Ia menambahkan, "Saya tidak ingin kamu membangun di India. Sekarang saatnya kamu membangun untuk kami di Amerika. India bisa mengurus dirinya sendiri."
Pernyataan ini sekaligus menjadi bentuk kritik terhadap kebijakan diversifikasi produksi Apple yang selama beberapa tahun terakhir memang berfokus pada pengurangan ketergantungan terhadap China dan memperluas kehadiran manufaktur di negara lain seperti India dan Vietnam.
Apple Diversifikasi Produksi: Fokus India dan Vietnam
Langkah Apple merelokasi sebagian besar operasinya ke luar China bukan tanpa alasan. Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China, ditambah dengan dampak pandemi COVID-19, telah memicu perubahan strategi dalam rantai pasok global. India muncul sebagai negara alternatif yang potensial, tidak hanya karena tenaga kerja yang besar dan murah, tetapi juga karena insentif pemerintah India bagi perusahaan teknologi asing.
Apple menargetkan agar India dapat memproduksi sekitar 25% dari total iPhone yang dijual di seluruh dunia. Sementara itu, Vietnam juga dijadikan pusat produksi penting, terutama untuk produk-produk lain seperti AirPods, iPad, dan Apple Watch. Perluasan ke dua negara ini menunjukkan tekad Apple untuk tidak bergantung pada satu negara produsen saja, terutama dalam menghadapi risiko geopolitik dan gangguan rantai pasok.
Investasi Apple di AS: Janji Besar, Realisasi Bertahap
Meski memperluas ke luar negeri, Apple tidak meninggalkan AS begitu saja. Perusahaan yang bermarkas di Cupertino itu telah mengumumkan rencana investasi sebesar US$500 miliar (sekitar Rp 8.000 triliun) selama lima tahun ke depan. Rencana ini mencakup pembangunan fasilitas baru, penciptaan lapangan kerja, hingga pengembangan teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan (AI).
Beberapa proyek yang sudah diumumkan antara lain pembangunan pabrik server AI di Houston yang dijadwalkan selesai pada 2026. Selain itu, Apple akan mendirikan akademi manufaktur di Detroit dan membangun pusat data di berbagai wilayah di Amerika Serikat. Target dari investasi ini adalah membuka 20.000 lapangan pekerjaan baru, sekaligus memperkuat posisi Apple sebagai pelopor inovasi teknologi di AS.
Meskipun begitu, Trump merasa hal tersebut belum cukup. Ia menginginkan Apple sepenuhnya memusatkan produksi di AS dan mengurangi bahkan menghentikan ekspansi ke luar negeri, khususnya ke India. Ia juga menyebut bahwa Amerika telah cukup bersabar dengan keberadaan pabrik-pabrik Apple di China, dan kini waktunya bagi perusahaan teknologi itu untuk “pulang kampung.”
Reaksi & Implikasi Pernyataan Trump
Pernyataan Trump ini tentu bukan hal baru. Selama masa jabatannya, ia memang kerap mendesak perusahaan besar untuk mengembalikan lini produksinya ke Amerika sebagai bagian dari agenda "America First." Strategi ini bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik, mengurangi ketergantungan terhadap negara asing, serta menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan di dalam negeri.
Namun, di era globalisasi dan efisiensi produksi, permintaan seperti ini bukan hal yang mudah diwujudkan. Biaya produksi di AS relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara seperti India dan Vietnam. Di sisi lain, Apple juga harus mempertimbangkan kecepatan distribusi, keberlanjutan rantai pasok, dan preferensi konsumen global.
Tim Cook sendiri belum memberikan komentar publik mengenai desakan Trump tersebut. Namun dalam beberapa pernyataan sebelumnya, Apple menegaskan bahwa strategi diversifikasi adalah langkah penting untuk ketahanan bisnis jangka panjang. Perusahaan juga mengklaim bahwa mereka tetap berkomitmen untuk berinvestasi di AS, terlepas dari ekspansi ke negara lain.