Trump Gaet Investasi Raksasa TSMC, China Geram: Taiwan Jual Diri ke AS?
Tanggal: 5 Mar 2025 04:20 wib.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah mengumumkan komitmen investasi luar biasa dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) yang mencapai US$ 100 miliar, setara dengan Rp 1.645 triliun. Investasi ini ditujukan untuk mendirikan pabrik pemrosesan chip di Amerika Serikat. Dalam pernyataannya, Trump menggambarkan investasi tersebut sebagai "gebrakan oleh perusahaan paling berkuasa di dunia," yang menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi ini dalam memperkuat industri semikonduktor di AS.
Dengan tambahan komitmen ini, total investasi TSMC di AS direncanakan melampaui US$ 165 miliar atau Rp 2.715 triliun. TSMC berambisi untuk membuka empat pabrik chip di negara bagian Arizona. Langkah ini menunjukkan niatan perusahaan untuk memperkuat kehadirannya di pasar Amerika dan mendukung eksistensinya di industri yang semakin mengedepankan teknologi mutakhir, seperti kecerdasan buatan (AI).
Perusahaan asal Taiwan ini bukan hanya sekadar produsen chip belaka. TSMC telah menjalin kemitraan strategis dengan raksasa teknologi seperti Nvidia dan Apple, memproduksi komponen inti bagi produk-produk mereka. Dalam beberapa bulan terakhir, TSMC mengumumkan penambahan investasi tepat pada saat Trump tercatat tengah berupaya mengubah AS menjadi pusat inovasi AI dunia. Dalam konteks ini, TSMC seolah-olah menjadi bagian penting dalam pencapaian visi Trump tersebut.
Rencana investasi TSMC yang melimpah ini mengikuti langkah-langkah serupa yang diambil oleh perusahaan-perusahaan besar lainnya. Bulan lalu, beberapa nama besar di sektor teknologi seperti Oracle, SoftBank, dan OpenAI juga mengumumkan proyek infrastruktur AI yang bernilai miliaran dolar. Semua ini menandakan bahwa industri teknologi global tengah berlomba-lomba untuk berinvestasi di sektor yang tengah berkembang pesat ini.
Trump, dalam upayanya untuk mengembalikan Amerika Serikat sebagai pusat industri semikonduktor dunia, menekankan pentingnya memindahkan fasilitas produksi yang selama ini berada di luar negeri. Menurutnya, kebijakan terkait produksi semikonduktor sangat berkaitan erat dengan masalah keamanan nasional dan keberlangsungan ekonomi di AS. Dalam pandangannya, memiliki pabrik-pabrik chip di dalam negeri adalah langkah strategis untuk memastikan ketahanan industri dan daya saing ekonomi di level global.
Di sisi lain, tuduhan terbuka dari China tak dapat diabaikan. Beijing menuduh Taiwan, melalui TSMC, bersedia menjual industrinya kepada Amerika Serikat demi mendapatkan dukungan politik dari pemerintahan Trump. Tuduhan ini muncul setelah beredarnya laporan media yang mengisyaratkan TSMC mungkin berencana untuk membeli saham Intel, salah satu korporasi teknologi terbesar di dunia. Jika terealisasi, langkah tersebut akan memperkuat posisi TSMC di pasar global dan memberikan tekanan bagi kompetitornya.
Sebagai perusahaan produsen chip terbesar dunia, TSMC memang memegang peran vital dalam ekosistem teknologi global. Dengan memproduksi chip untuk banyak raksasa teknologi, seperti Apple dan Nvidia, TSMC telah menjadikan dirinya sebagai pilar utama dalam rantai pasokan teknologi. Namun, berita mengenai rencana investasi ini, terutama terkait dengan potensi akuisisi saham Intel, belum mendapatkan konfirmasi resmi dari kedua belah pihak.
Pemerintah Taiwan sendiri menyatakan bahwa mereka belum menerima informasi terkait rencana TSMC untuk berinvestasi di luar negeri. Pernyataan tersebut menandakan adanya ketidakpastian dalam proses pengambil keputusan yang mungkin berpengaruh terhadap masa depan industri semikonduktor Taiwan. Menariknya, Trump sebelumnya pernah mengkritik Taiwan atas tindakan yang dianggapnya mencuri bisnis semikonduktor dari Amerika, mengungkapkan keinginannya agar lebih banyak produksi chip dipindahkan ke wilayah AS.
Komentar dari pihak China juga menambah dinamika dalam situasi ini. Zhu Fenglian, juru bicara di Kantor Urusan Taiwan pemerintah China, mengungkapkan bahwa banyak rakyat Taiwan yang merasa khawatir jika TSMC yang merupakan singkatan dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Corporation bakal berubah nama menjadi United States Semiconductor Manufacturing Corporation. Hal ini mencerminkan kekhawatiran masyarakat Taiwan terhadap potensi hilangnya kedaulatan industri semikonduktor mereka.
Zhu juga menuduh Partai Demokrasi Progresif Taiwan, partai yang saat ini memegang kekuasaan, sebagai pihak yang mencari dukungan dari AS dengan mengorbankan industri semikonduktor mereka. Dengan nada sindiran, ia menyebut bahwa pemerintah Taiwan seolah berusaha "menjual" industri mereka kepada Amerika Serikat demi merayu dukungan politik.
Partai Demokrasi Progresif, yang dikenal sebagai partai yang pro-kemerdekaan, telah menghadapi berbagai tantangan dalam menghadapi tekanan dari China yang terus-menerus menggambarkan Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Tuduhan yang dilontarkan oleh Zhu menyoroti ketegangan yang terus meningkat antara kedua negara, serta dampak yang mungkin ditimbulkan oleh langkah-langkah investasi besar-besaran dari TSMC dalam kerangka geopolitik yang lebih luas.
Menyusul perkembangan ini, relevansi semikonduktor dalam perekonomian global dan kebijakan luar negeri semakin diperjelas. Taiwan, dengan TSMC sebagai ujung tombaknya, berdiri di garis depan persaingan teknologi antara AS dan China. Sementara itu, keputusan investasi oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar menjadikan sektor ini sebagai medan pertarungan strategis yang berpotensi memengaruhi arah ekonomi global di masa depan.