Sumber foto: iStock

Trump dan Kebijakan Anti-EV: Masa Depan Kelam Industri Mobil Listrik di AS?

Tanggal: 26 Feb 2025 20:35 wib.
Pemerintahan Donald Trump mengambil langkah signifikan yang mengarah kepada kemunduran industri kendaraan listrik atau mobil listrik (EV) di Amerika Serikat (AS). Langkah-langkah ini mulai terasa setelah Trump mencabut mandat yang mendukung kendaraan listrik yang sebelumnya diusung oleh pemerintahan Joe Biden. Sejak awal kampanyenya, Trump sudah memperlihatkan kecenderungan untuk mendukung energi fosil dan meredam perkembangan teknologi yang lebih ramah lingkungan. 

Di tengah kebijakannya yang kontroversial, Trump sempat menunjukkan sikap yang lebih lunak ketika mendapatkan dukungan dari CEO Tesla, Elon Musk. Musk merupakan salah satu tokoh penting di industri mobil listrik yang sangat diandalkan di pasar AS. Meski pada awalnya Trump terkesan skeptis terhadap kendaraan listrik, mengingat tantangan yang dihadapi industri ini dalam bersaing dengan bahan bakar fosil, langkahnya setelah berkuasa memberi sinyal yang berbeda.

Setelah dilantik, Trump nampak tak ragu untuk membawa 'kiamat' bagi industri mobil listrik. Salah satu kebijakan terbaru yang dilaporkan adalah penutupan beberapa stasiun pengisian daya (charging station) mobil listrik di AS. Lembaga Layanan Umum (General Services Administration atau GSA), yang memiliki dan mengatur berbagai bangunan milik pemerintah, mengumumkan rencananya untuk menutup seluruh jaringan charging station EV, sebagaimana dilaporkan oleh The Verge dan dikutip oleh Tech Crunch pada tanggal 24 Februari 2025.

GSA sendiri mengoperasikan sekitar ratusan charging station EV, dengan total mencapai 8.000 colokan. Perangkat ini memang awalnya dibangun khusus untuk memenuhi kebutuhan pengisian daya mobil listrik milik pemerintah dan pegawai negeri sipil (PNS). Namun, sesuai informasi yang didapatkan dari sumber terpercaya oleh The Verge, pegawai pemerintah telah menerima instruksi untuk menutup stasiun pengisian daya milik pemerintah. Dilaporkan juga bahwa beberapa kantor regional sudah mulai menutup charging station di gedung mereka.

Lebih jauh, Radio Publik Colorado sempat menerima email yang mengkonfirmasi bahwa charging station yang berlokasi di Denver Federal Center juga akan ditutup. Langkah ini mencerminkan komitmen pemerintahan Trump untuk mendukung kebijakan yang lebih pro-energi fosil, sekaligus mengekang perkembangan infrastruktur energi terbarukan.

Dalam konteks yang lebih luas, pemerintahan Trump juga telah memangkas beberapa lembaga pemerintahan dengan tujuan efisiensi, langkah ini diambil seiring dengan kepemimpinan Elon Musk, yang dikenal dengan pendiriannya yang kontroversial tentang energi dan lingkungan. Trump dan Musk, meski memiliki pandangan berbeda, tampaknya memiliki kesamaan tujuan dalam mengurangi ketergantungan terhadap investasi dan dukungan terhadap energi berkelanjutan, yang menurut mereka dapat memicu perlambatan dalam industri energi konvensional.

Keputusan untuk menutup fasilitas pengisian daya menunjukan prioritas baru yang diusung oleh pemerintah saat ini, di mana dukungan untuk kendaraan listrik dan infrastruktur terkait mulai merosot. Ini merupakan dorongan yang signifikan bagi perusahaan-perusahaan otomotif tradisional dan industri energi fosil untuk mengambil kembali ruang yang mereka anggap sebagai ancaman dari pertumbuhan kendaraan listrik.

Industri kendaraan listrik harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan tempatnya di pasar, terutama bila dukungan pemerintah semakin minim. Ini berlaku secara global, mengingat transisi menuju kendaraan ramah lingkungan telah menjadi salah satu agenda penting di banyak negara lain di seluruh dunia. Namun, pergeseran kebijakan di AS berpotensi memberikan dampak lanjutan yang lebih luas bagi investasi dan inovasi dalam sektor otomotif dan energi berkelanjutan.

Semua ini menciptakan kekhawatiran tentang masa depan mobil listrik di AS dan bagaimana kebijakan pemerintah akan mempengaruhi kemampuan produsen untuk berinovasi. Walaupun CEO Elon Musk berusaha menunjukkan bahwa industri EV dapat berkembang dengan dukungan teknologi dan investasi swasta, menghilangnya dukungan pemerintah dapat memperlambat laju adopsi kendaraan listrik dalam jangka panjang.

Dengan berbagai tantangan yang ada, industri mobil listrik di AS harus memperjuangkan masa depannya dengan lebih sigap. Baik dari segi inovasi, pengembangan infrastruktur pengisian daya, maupun menciptakan kesadaran di kalangan masyarakat tentang pentingnya beralih ke kendaraan ramah lingkungan. Komunikasi yang efektif dan strategi yang matang akan menjadi kunci untuk memastikan industri ini tetap relevan dan dapat bersaing, meskipun di hadapan rintangan kebijakan dan dukungan yang semakin menipis. 

Melalui semua dinamika ini, masa depan mobil listrik di AS menjadi semakin menarik untuk diperhatikan, mengingat berbagai faktor yang saling berinteraksi di dalamnya. Masyarakat, pemangku kepentingan, dan industri yang terlibat memiliki peran penting dalam menentukan arah perkembangan kendaraan listrik ke depan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved