Transportasi Online Menguasai Jalanan, Tapi Pengguna Mulai Merasa Terjebak?
Tanggal: 11 Mei 2025 08:03 wib.
Tampang.com | Aplikasi transportasi online kini sudah menjadi bagian dari rutinitas harian masyarakat Indonesia. Dari pesan ojek, mobil, hingga makanan dan logistik, semua bisa dilakukan dari satu aplikasi. Namun di balik kenyamanan itu, muncul kekhawatiran akan dominasi pasar yang terlalu besar, kontrol harga yang sepihak, dan ketergantungan sistemik.
Satu Aplikasi, Banyak Layanan, Tapi Sedikit Pilihan
Nama besar seperti Gojek dan Grab kini mendominasi transportasi online di Indonesia. Kombinasi layanan ojek, taksi, kurir, hingga dompet digital membuat aplikasi mereka tak tergantikan. Tapi justru karena terlalu terpusat, pengguna mulai merasa kehilangan opsi lain.
“Dulu kita punya banyak pilihan. Sekarang, semua layanan hanya dikuasai dua pemain besar,” kata Yuda Pranata, analis industri digital.
Tarif Naik Diam-Diam, Algoritma Tak Transparan
Banyak pengguna mengeluhkan tarif yang fluktuatif tanpa penjelasan. Algoritma penentuan harga dan rute sepenuhnya dikendalikan platform, dan tidak sedikit konsumen merasa dirugikan. Hal serupa juga dirasakan oleh mitra driver yang mengalami penurunan insentif dan beban kerja meningkat.
“Kita hidup di bawah algoritma, tapi tidak tahu bagaimana ia bekerja. Ini bentuk dominasi digital,” jelas Yuda.
Ketergantungan Sistemik: Dari Transportasi ke Ekonomi Mikro
Bukan hanya pengguna, banyak UMKM dan pelaku usaha kecil kini bergantung sepenuhnya pada platform ini. Jika sistem bermasalah atau akun ditangguhkan, pendapatan langsung terhenti. Ini menciptakan ketergantungan ekonomi yang rawan.
“Kenyamanan jadi jebakan. Saat semua sektor digenggam satu aplikasi, kerentanannya juga makin besar,” tambah Yuda.
Solusi: Regulasi untuk Ciptakan Ekosistem yang Sehat
Pakar mendorong pemerintah untuk lebih aktif mengatur ekosistem transportasi digital. Regulasi tarif, transparansi algoritma, dan pembukaan ruang bagi kompetitor lokal menjadi agenda penting. Monopoli digital bisa dicegah jika ada intervensi dari negara demi menjaga keadilan pasar.
“Persaingan sehat dan perlindungan konsumen harus jadi prioritas. Jangan sampai kita nyaman, lalu kehilangan kendali,” tutup Yuda.