Transplantasi Ginjal dan Jantung Babi: Harapan Baru untuk Mengatasi Kelangkaan Donor
Tanggal: 22 Des 2024 17:26 wib.
Keberhasilan transplantasi organ dari babi menjadi sorotan karena dianggap sebagai terobosan medis yang mungkin dapat mempersingkat waktu tunggu transplantasi dan donor dari manusia.
Hal ini diakui oleh NYU Langone Health yang menyatakan bahwa semakin banyak pasien yang tertarik untuk mendapatkan transplantasi organ dari babi. Hal ini dikarenakan waktu tunggu untuk mendapatkan transplantasi dari donor manusia semakin panjang dan langka.
Dikutip dari Euro News, Alex Berrios dari Louisville, Kentucky, mengalami kesulitan untuk menemukan organ yang cocok dengan tubuhnya. Ia bahkan membutuhkan transplantasi kedua namun sangat sulit menemukan organ yang sesuai dengan tubuhnya. Oleh sebab itu, ia mulai melirik peluang penelitian untuk mendapatkan ginjal babi.
Kondisi ini juga tercermin dalam perkataan Berrios yang mengatakan, "Transplantasi ginjal babi mungkin tidak berhasil, dan saya harus menerimanya. Namun saya pikir hal itu layak dicoba." Hal ini menunjukkan bahwa pasien, seperti Berrios, mulai melirik peluang menggunakan organ dari hewan untuk menyelamatkan hidupnya.
Dalam situasi semacam ini, para peneliti tengah mencari alternatif untuk mengatasi kekurangan organ yang dapat ditransplantasikan. Dua perusahaan Amerika Serikat bahkan telah memulai uji coba klinis xenotransplantasi pertama di dunia di tahun 2025. Uji coba ini menggunakan ginjal atau jantung babi untuk menyelamatkan nyawa manusia.
Sementara para ahli telah mencoba melakukan transplantasi hewan ke manusia sejak bertahun-tahun yang lalu namun belum membuahkan hasil, sekarang mereka memiliki kemampuan untuk mengedit gen babi. Meskipun demikian, kombinasi gen terbaik untuk mendukung xenotransplantasi masih belum diketahui.
Hingga saat ini, ada lima orang di Amerika Serikat yang telah menerima organ babi yang sudah mengalami pengeditan gen sebagai eksperimen darurat bagi orang-orang yang tidak memiliki pilihan lain. Belum ada pasien, baik penerima jantung maupun ginjal babi, yang bertahan hidup lebih dari dua bulan.
Namun, ada kabar baik dari seorang wanita yang mengalami perbaikan kondisi setelah mendapatkan transplantasi ginjal babi di NYU pada akhir November lalu. Peristiwa tersebut menjadi kabar baik bagi calon penerima cangkok jantung babi.
Menurut ahli bedah transplantasi dari Universitas Maryland, Dr. Bartley Griffith, "Kita harus memiliki keberanian untuk melanjutkan hal ini." Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam bidang xenotransplantasi ini memerlukan dukungan yang kuat dari berbagai pihak agar penelitian ini dapat terus berjalan dan memberikan hasil yang signifikan dalam menyelamatkan nyawa manusia.
Selain kesulitan dalam menemukan donor, kelangkaan organ juga bukan satu-satunya rintangan bagi para pasien seperti Berrios. Dengan kondisinya yang mengalami kegagalan ginjal sejak akhir usia 20-an, ia telah menjalani transplantasi ginjal donor hidup yang berhasil memulihkan kesehatannya selama 13 tahun.
Namun, saat ginjalnya kembali gagal pada tahun 2020, ia mengalami perkembangan antibodi yang dapat menghancurkan ginjal manusia yang akan diterimanya di masa depan.
Sehari-harinya, Berrios harus menjalani sesi dialisis tiga kali seminggu selama hampir empat jam setiap sesinya. Meskipun dialisis dapat membantu menjaga kesehatannya, namun proses ini tidak dapat sepenuhnya menggantikan fungsi ginjal, sehingga kondisi kesehatan pasien akan semakin menurun seiring berjalannya waktu.
Oleh karena itu, meskipun telah mencoba terapi eksperimental untuk menekan perkembangan antibodi yang bermasalah, ia tetap tertarik pada prospek transplantasi ginjal babi.