TikTok Terancam Diblokir di AS? Begini Rumitnya Drama Politik, Bisnis, dan Tekanan China yang Belum Kamu Tahu
Tanggal: 8 Apr 2025 20:03 wib.
Konflik antara Amerika Serikat dan China kembali memanas, kali ini melibatkan salah satu aplikasi paling populer di dunia: TikTok. Rencana pemisahan (spin off) TikTok dari perusahaan induknya, ByteDance, untuk menyelamatkan operasinya di AS kembali tertunda. Penyebabnya? Pemerintah China dikabarkan enggan menyetujui kesepakatan tersebut, terutama setelah pengumuman tarif dagang baru oleh Presiden Donald Trump pada pekan ini.
Dua narasumber yang mengetahui situasi ini mengatakan kepada Reuters bahwa kesepakatan pemisahan TikTok yang sempat hampir rampung, kini justru terancam batal. Padahal, sebelumnya Trump telah memperpanjang batas waktu selama 75 hari bagi ByteDance untuk menjual seluruh operasional TikTok di Amerika kepada pembeli non-China, atau menghadapi larangan permanen yang seharusnya mulai berlaku Januari 2025 berdasarkan undang-undang baru.
TikTok AS: Antara Dijual atau Dilarang
Struktur kesepakatan yang hampir difinalisasi pada Rabu lalu mencakup pembentukan entitas baru berbasis di AS. Perusahaan ini akan mengelola TikTok secara independen dari ByteDance, dan mayoritas sahamnya akan dimiliki investor asal Amerika Serikat. ByteDance akan mempertahankan kurang dari 20% kepemilikan. Sumber Reuters menyebutkan bahwa rencana ini telah mendapatkan persetujuan dari semua pihak terkait—baik investor lama, investor baru, ByteDance sendiri, hingga pemerintah AS.
Namun, pernyataan resmi ByteDance di platform WeChat justru menunjukkan bahwa kesepakatan itu belum disepakati secara penuh. “Kami masih dalam diskusi dengan pemerintah AS, namun belum ada kata sepakat karena perbedaan pandangan di sejumlah isu utama,” ujar ByteDance. Perusahaan juga menegaskan bahwa setiap transaksi seperti ini harus melalui proses peninjauan sesuai hukum di China.
Sikap China yang Tegas dan Isyarat Penolakan
Kedutaan Besar China di Washington merespons perkembangan ini dengan menyatakan bahwa pemerintah China selalu menghormati hak dan kepentingan sah perusahaan, namun menolak intervensi yang dianggap bertentangan dengan prinsip ekonomi pasar global. Associated Press sebelumnya juga telah mengabarkan bahwa China tidak menyetujui kesepakatan yang dirancang antara ByteDance dan AS.
Sementara itu, Trump yang kembali menjabat sebagai Presiden AS untuk masa jabatan keduanya mengatakan bahwa batas waktu diperpanjang untuk memastikan semua dokumen hukum dan persetujuan lengkap. Ia menegaskan, “Kami berharap bisa terus bekerja dengan itikad baik bersama China, meskipun saya paham mereka kurang senang dengan tarif yang kami berlakukan.”
Tarif Dagang: Pemicu Ketegangan Baru
Dalam minggu ini, Trump mengumumkan bahwa China akan dikenai tarif tambahan hingga 54% untuk berbagai barang ekspor ke AS. Hal ini langsung dibalas oleh China dengan kebijakan serupa. Di sisi lain, Trump membuka kemungkinan untuk menurunkan tarif tersebut sebagai bagian dari kompromi dalam kesepakatan TikTok.
Menariknya, Trump menyebut pemerintahannya telah berdiskusi dengan empat kelompok investor potensial, namun belum diungkap siapa saja mereka. Satu hal yang pasti, izin dari pemerintah China menjadi hambatan terbesar untuk penyelesaian kesepakatan ini.
Apa yang Sebenarnya Dipertaruhkan?
Dengan lebih dari 170 juta pengguna di Amerika Serikat, TikTok berada di titik krusial. Jika kesepakatan gagal, aplikasi ini bisa saja dilarang sepenuhnya oleh otoritas AS, sesuai undang-undang yang sudah diteken oleh Presiden Joe Biden pada periode sebelumnya. Kongres AS mendukung penuh langkah ini dengan argumen bahwa TikTok bisa dijadikan alat oleh pemerintah China untuk memata-matai warga AS dan menyebarkan propaganda terselubung.
Beberapa anggota parlemen bahkan mendesak Trump untuk menegakkan hukum tanpa penundaan, dengan batas waktu awal 19 Januari 2025. Namun, Trump memilih untuk memberikan waktu tambahan hingga pertengahan Juni guna menyelesaikan proses negosiasi dan divestasi secara penuh.
Siapa Saja Pemain Utamanya?
Menurut laporan Reuters, pembicaraan intensif antara pihak ByteDance, Gedung Putih, dan calon investor dipimpin oleh Jeff Yass dari Susquehanna International Group dan Bill Ford dari General Atlantic, dua tokoh penting yang juga duduk di dewan ByteDance. Sementara itu, Walmart membantah kabar bahwa mereka ikut serta dalam aliansi investor yang disebut-sebut akan mengakuisisi TikTok.
Tujuan utama dari rencana ini adalah untuk menciptwkan entitas TikTok AS yang benar-benar independen dan mengurangi pengaruh kepemilikan China hingga di bawah ambang batas hukum AS. Hal ini diharapkan bisa menjadi solusi kompromi agar TikTok tetap bisa beroperasi tanpa melanggar peraturan keamanan nasional AS.
Jalan Panjang Menuju Kepastian
Kisah TikTok ini mencerminkan betapa rumitnya dunia teknologi global ketika bersinggungan dengan politik internasional, kepentingan ekonomi, dan kekhawatiran keamanan nasional. Meski ada harapan untuk kesepakatan damai antara kedua negara, keputusan akhir tampaknya masih jauh dari kata selesai.
Bagi para pengguna TikTok di Amerika, masa depan aplikasi kesayangan mereka masih dalam ketidakpastian. Dan bagi dunia, ini adalah pelajaran penting tentang bagaimana teknologi bisa menjadi pion dalam permainan geopolitik skala besar.