TikTok Terancam Blokir: Apa yang Dibicarakan Shou Zi Chew dan Trump?
Tanggal: 18 Des 2024 19:05 wib.
TikTok, platform media sosial berbasis video yang populer di seluruh dunia, sekarang terancam akan diblokir di Amerika Serikat (AS) pada tahun mendatang. Hal ini terjadi karena pemerintah AS mengharuskan aplikasi tersebut untuk memisahkan diri dari induk perusahaannya, Bytedance, yang berbasis di China. Jika penjualan tidak terjadi, maka per 19 Januari 2025, TikTok akan menghadapi blokiran di AS.
Hal ini membuat CEO TikTok, Shou Zi Chew, bergerak cepat dengan melakukan pertemuan dengan Presiden AS, Donald Trump. Meskipun tidak ada konfirmasi langsung dari pihak TikTok, NBC News melaporkan bahwa Keduanya dijadwalkan akan bertemu di resor Ma-a Lago, Palm Beach, Florida, AS.
Pertemuan ini menimbulkan spekulasi mengenai langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah AS terkait nasib TikTok. Sebelum pertemuan ini, Trump telah mengungkapkan bahwa kemenangannya dalam pemilihan presiden AS sebagian berkat dukungan dari para pengguna TikTok. Dalam sebuah konferensi pers, Trump menyatakan bahwa ia berhasil mendapatkan dukungan dari kalangan muda dengan jumlah suara yang signifikan, dan ia merujuk bahwa adanya keterlibatan TikTok mungkin ikut memengaruhi hasil pemilihan tersebut.
Namun, ini bukanlah kali pertama TikTok berhadapan dengan ancaman blokir di AS. Pada tahun 2020, ketika Trump masih menjabat sebagai presiden, ia juga pernah mencoba untuk melarang TikTok. Namun, dalam kepemimpinannya yang kedua kalinya, Trump sepertinya memiliki sudut pandang yang sedikit berbeda.
Terkait dengan ancaman blokir ini, TikTok telah melakukan upaya-upaya untuk membatalkan keputusan tersebut. Salah satunya adalah dengan meminta Mahkamah Agung untuk memblokir aturan yang mengharuskan TikTok untuk memisahkan diri dari induk perusahaannya. Selain itu, TikTok juga telah mengajukan banding untuk menunda proses hukum ini sehingga mereka memiliki waktu untuk meninjau kasusnya.
Tentu saja, nasib TikTok ini akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintahan yang sedang berkuasa. Trump dijadwalkan akan dilantik hari berikutnya setelah batas akhir perintah berlakunya blokiran TikTok, sehingga TikTok berharap bahwa pemerintahan baru dapat memberikan peran yang lebih progresif dalam mengatur peraturan-peraturan terkait dengan aplikasi tersebut.
Selain itu, TikTok juga telah melakukan upaya-upaya untuk meraih simpati dari masyarakat AS. Mereka telah menegaskan bahwa TikTok berkomitmen untuk melindungi data pengguna AS dan bahwa mereka tidak memiliki hubungan yang dekat dengan pemerintah China. Mereka juga terus menggarisbawahi kontribusi positif yang diberikan oleh TikTok pada masyarakat AS, khususnya dalam bentuk hiburan, kreativitas, dan peluang-peluang ekonomi yang diciptakan untuk para pengguna dan kreator konten di platform mereka.
Pemerintah AS sendiri pun sebenarnya juga tengah menghadapi tekanan dari perusahaan-perusahaan teknologi lainnya terkait dengan nasib TikTok. Google dan Apple disebut-sebut akan ambil bagian dalam kemungkinan blokir tersebut. Mereka diminta untuk bersiap-siap dalam menghadapi dampak dari blokir ini, dan hal ini dapat mengakibatkan dampak yang signifikan bagi ekosistem teknologi di AS.
Kebijakan blokir terhadap TikTok ini juga merupakan bagian dari dinamika geopolitik antara AS dan China. Sementara AS memberlakukan kebijakan proteksionis dalam menghadapi perusahaan teknologi asal China, China sendiri juga membalas dengan memperketat aturan bagi perusahaan teknologi asal AS yang ingin beroperasi di China. Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan antara kedua negara ini juga mencakup sektor teknologi dan media sosial yang menjadi bagian penting dalam kehidupan modern masyarakat global.
Pertemuan antara CEO TikTok dan Presiden AS ini memperlihatkan bahwa TikTok sangat serius dalam mempertahankan keberadaannya di AS. Sebagai platform yang memiliki jutaan pengguna di AS saja, blokir TikTok tentu akan menjadi sebuah kerugian besar bagi para pengguna dan juga bagi ekosistem digital di AS.