Sumber foto: iStock

TikTok & Meta Protes! Australia Larang Medsos untuk Anak, tapi Bebaskan YouTube

Tanggal: 9 Mar 2025 14:28 wib.
Sejumlah perusahaan teknologi besar, termasuk TikTok, kini tengah mengarahkan perhatian mereka kepada pemerintah Australia terkait keputusan kontroversial mengenai larangan media sosial bagi anak-anak di bawah usia 16 tahun. Dengan tegas, mereka meminta agar pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan yang dianggap tidak adil dan tidak konsisten ini. Salah satu isi kebijakan tersebut adalah keputusan untuk mengecualikan YouTube dari aturan larangan ini, yang dinilai sebagai langkah yang tidak logis dan merugikan.

Dalam pandangan raksasa teknologi, keputusan untuk membebaskan YouTube dari ketentuan tersebut tampaknya menciptakan ketidakadilan di antara platform-platform lain. TikTok, bersama dengan Meta—perusahaan induk dari Facebook dan Instagram—serta Snapchat, semua menyuarakan keprihatinan mereka terhadap situasi ini. Ketiga platform tersebut berargumen bahwa semua layanan media sosial harus diatur dengan cara yang sama, tanpa ada perlakuan khusus untuk salah satu platform.

Menurut laporan yang beredar, YouTube, yang merupakan bagian dari raksasa teknologi Alphabet, mengklaim bahwa platform mereka berfungsi sebagai alat pendidikan utama dan oleh karena itu, anak-anak diizinkan untuk memiliki akun YouTube dalam pengawasan orang tua. Keputusan ini memungkinkan anak-anak untuk tetap mengakses konten yang mungkin tidak sesuai untuk usia mereka, yang menambah kebingungan di kalangan pengguna dan orang tua.

Meta, dalam pernyataannya, menekankan bahwa meskipun YouTube dianggap aman untuk anak-anak, terdapat berbagai fitur bermanfaat yang masih dapat diakses oleh anak-anak, seperti algoritma rekomendasi konten dan interaksi sosial. Ini menjadi sorotan serius, sebab anak-anak yang menggunakan platform tersebut berpotensi terpapar pada konten berbahaya dan adiktif, meskipun menggunakan akun di bawah pengawasan orang tua.

"Keputusan pemerintah harus menegaskan bahwa semua platform media sosial harus mematuhi hukum yang sama, tanpa ada pengecualian," ungkap seorang pejabat Meta yang dikutip oleh Reuters. Pernyataan ini menggambarkan ketidaksenangan yang meluas di kalangan perusahaan-perusahaan teknologi yang merasa bahwa mereka tidak diperlakukan dengan adil.

TikTok menambahkan bahwa pengecualian terhadap YouTube menunjukkan bagaimana hukum dapat menjadi tidak logis dan anti persaingan. Platform ini menganggap keputusan tersebut sebagai sebuah tindakan yang menguntungkan YouTube dan merugikan platfrom lain yang juga bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan anak-anak online. Kecemasan mereka bukan tanpa dasar, karena komite-komite kesehatan dan pakar ekstremisme telah lama memperingatkan bahwa platform seperti YouTube memaparkan anak-anak pada konten yang tidak sesuai, yang bisa berdampak negatif bagi mental dan perkembangan sosial mereka.

Mereka meminta agar pemerintah Australia memberlakukan aturan yang sama untuk semua platform sosial. Perwakilan dari Snapchat pun turut menyoroti isu yang sama, menegaskan pentingnya adanya standar yang adil dan merata bagi semua platform media sosial. "Jangan biarkan satu perusahaan mendapatkan perlakuan istimewa, karena semua platform media harus memperhatikan tanggung jawab sosial yang sama," jelas pihak Snap Inc.

Sejumlah analis dan pakar sosial juga turut ambil bagian dalam diskusi ini. Mereka mencatat bahwa YouTube, meskipun menawarkan konten edukatif, juga memuat banyak video yang berisiko bagi kesehatan mental dan risiko ekstremisme bagi anak-anak. Permasalahan ini semakin rumit dengan adanya teknik-teknik pemasaran yang berupaya memikat perhatian anak-anak, sehingga mereka semakin sering menggunakan platform tersebut tanpa pemahaman yang cukup tentang isi kontennya.

Data menunjukkan bahwa anak-anak di era digital seperti sekarang ini lebih suka menghabiskan waktu di media sosial, dan tanpa pengawasan yang ketat, paparan mereka terhadap konten berbahaya menjadi semakin tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sering terpapar konten negatif di media sosial cenderung mengalami peningkatan masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi.

Dengan situasi ini, TikTok dan platform lain merasa terpaksa untuk bersuara dan memperjuangkan keadilan dalam perlakuan terhadap semua jenis media sosial. Merekalah yang berkecimpung langsung di dalam industri ini dan memahami dampak dari kebijakan yang ada. Tuntutan akan kesetaraan ini nampaknya tidak hanya menjadi suara TikTok semata, namun telah menjadi seruan kolektif dalam dunia teknologi modern.

Sebagai bagian dari dinamika sosial yang berkembang, penting untuk mencermati reaksi berbagai pihak terhadap kebijakan tersebut. Ini menunjukkan betapa kompleksnya masalah yang dihadapi oleh orang tua, anak-anak, dan perusahaan teknologi dalam menjaga keamanan sambil tetap memberi kesempatan pada anak-anak untuk belajar dan berkembang dalam dunia digital yang kian maju.

Dengan semua perdebatan ini, masa depan peraturan media sosial di Australia, serta di seluruh dunia, akan sangat menarik untuk disimak. Apakah pemerintah akan mendengarkan suara-suara dari berbagai pihak ini? Bagaimana dampaknya terhadap kebijakan lebih luas dalam mengatur penggunaan media sosial oleh anak-anak? Semua pertanyaan ini masih menggantung, menunggu jawaban dari pengambil kebijakan yang mempunyai tanggung jawab untuk melindungi generasi muda.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved