Sumber foto: 6ABC

Tesla Vs Trump: Perang Dagang Berisiko Jadi Bumerang bagi AS

Tanggal: 19 Mar 2025 21:41 wib.
Raksasa mobil listrik Tesla, yang dipimpin oleh Elon Musk, baru-baru ini memberikan peringatan yang cukup menggemparkan kepada pemerintahan mantan Presiden Donald Trump. Tesla menyoroti kekhawatiran serius terkait kebijakan perang dagang yang diterapkan oleh pemerintah Trump terhadap berbagai negara di seluruh dunia. Dalam kritikan yang disampaikan, Tesla menegaskan bahwa kebijakan tarif yang diusulkan bisa berpotensi menciptakan masalah bagi industri otomotif di Amerika Serikat.

Dalam surat resmi yang ditujukan kepada Jamieson Greer, perwakilan perdagangan AS, Tesla menekankan pentingnya kebijakan dagang yang adil dan seimbang. Mereka mencatat bahwa meskipun melawan praktik dagang yang tidak adil adalah langkah yang diperlukan, pemerintah harus berhati-hati agar perang tarif ini tidak membahayakan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di AS.

"Sebagai salah satu produsen mobil listrik utama di AS dan eksportir, kami mendorong Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR) untuk secara seksama mempertimbangkan konsekuensi dari kebijakan yang diambil untuk menindak praktik dagang yang tidak adil,” ungkap Tesla dalam suratnya seperti dilansir The Guardian (17/3/2025). Dalam konteks ini, Tesla menunjukkan keinginan untuk menghindari dampak yang sama seperti yang muncul akibat konflik dagang sebelumnya, yang menyebabkan kenaikan tarif untuk mobil listrik yang diekspor ke negara-negara target.

Sikap berani Tesla ini menunjukkan adanya ketegangan yang nyata antara Elon Musk dan Donald Trump. Meskipun Musk dikenal sebagai salah satu pendukung setia Trump dan bahkan pernah menjabat dalam pemerintahan sebagai kepala Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE), kini sikapnya tampak berseberangan dengan kebijakan yang diambil oleh mantan presiden tersebut.

Dalam surat tersebut, Tesla juga menegaskan bahwa eksportir dari AS akan langsung terkena dampak yang tidak proporsional akibat pembalasan perdagangan dari negara lain. “Penilaian yang dilakukan oleh USTR terhadap isu ini bisa memberikan peluang untuk memperbaiki kondisi perdagangan yang tidak adil, sekaligus tetap memperhitungkan kebutuhan sektor ekspor dari perusahaan AS,” jelas Tesla lebih lanjut.

Dalam latar belakang kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump, mantan presiden tersebut memberlakukan kenaikan tarif yang signifikan, yang secara langsung berpengaruh pada penjualan mobil listrik di pasar global. Negara-negara seperti Uni Eropa, Kanada, dan China tidak tinggal diam; mereka pun telah mengumumkan langkah balasan besar-besaran terhadap barang-barang asal AS. Hal ini menunjukkan betapa kompleks dan rentannya hubungan perdagangan internasional di era tersebut.

Selain itu, Tesla juga mengalami tekanan di pasar modal. Saham perusahaan ini anjlok lebih dari sepertiga dalam jangka waktu hanya sebulan. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah sikap politik Musk yang terkadang kontroversial, termasuk dukungan terhadap kalangan sayap kiri di Jerman dan pernyataan-pernyataan menohok yang merugikan citranya, seperti tuduhan terhadap Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengenai keterlibatan dalam skandal 'grooming'.

Penjualan Tesla di Eropa dan beberapa negara lainnya juga tercatat menurun drastis, menunjukkan pertanda bahwa ketegangan yang ada mungkin sudah mulai mendorong konsumen menjauh dari merek ini. Tidak hanya itu, di Amerika Serikat, banyak pengguna Tesla yang mulai mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap Musk dengan memasang stiker yang mencerminkan kritik dan penyesalan atas keputusan mereka untuk membeli produk Tesla.

Pada kesempatan yang sama, Trump pun mengambil langkah yang menarik perhatian publik dengan menyatakan bahwa ia baru saja membeli mobil Tesla baru. Dalam pernyataannya, Trump berhaluan bahwa aksi boikot terhadap Tesla adalah illegal dan menegaskan bahwa serangan terhadap showroom Tesla merupakan bentuk terorisme domestik. Pernyataan ini menunjukkan bahwa meski ada perbedaan pendapat, Trump masih mengklaim dukungannya terhadap Tesla di tengah situasi yang memanas.

Dari semua isu ini, jelas terlihat bahwa situasi antara Elon Musk, Tesla, dan pemerintahan Trump sangatlah dinamis. Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif tidak hanya berdampak pada industri otomotif tetapi juga memungkinkan terjadinya pergeseran dalam dukungan politik, pengaruh publik, dan citra perusahaan di mata konsumen. 

Dalam konteks yang lebih luas, perdebatan dan ketegangan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan besar di era globalisasi saat ini, terutama terkait dengan batasan-batasan yang dihadapi akibat kebijakan pemerintah. Sebuah hal yang pasti adalah, pertarungan ini tidak saja menguji daya tahan Tesla sebagai pelopor di industri kendaraan listrik, tetapi juga bisa berimplikasi jauh lebih besar terhadap stabilitas dan keberlanjutan hubungan perdagangan internasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved