Tesla Diboikot Massal, Elon Musk dan Trump Balas Serangan!
Tanggal: 15 Mar 2025 13:36 wib.
Tampang.com | Gerakan boikot yang ditujukan terhadap Tesla, perusahaan mobil listrik yang didirikan oleh Elon Musk, semakin meluas di Amerika Serikat. Banyak warga, termasuk pemilik mobil Tesla itu sendiri, menunjukkan ketidakpuasan terhadap produk yang mereka beli dengan memasang stiker di mobil mereka yang menyatakan bahwa mereka tidak bangga memiliki kendaraan tersebut. Situasi ini menciptakan dampak signifikan terhadap penjualan dan nilai pasar Tesla.
Sejak munculnya gerakan ini, penjualan kendaraan Tesla mengalami penurunan yang drastis, dan harga jual mobil-mobil tersebut merosot, sehingga banyak pemilik merasa terjebak dan ragu untuk menjual karena akan mengalami kerugian besar.
Hal ini diperparah oleh penurunan tajam dalam nilai saham Tesla, yang sebagian besar dipicu oleh sentimen negatif terhadap Elon Musk dan posisi politiknya. Ancaman penetapan tarif dari mantan Presiden Donald Trump turut memperburuk keadaan, menambah kerentanan perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai pelopor dalam industri otomotif berkelanjutan ini.
Menyusul serangkaian kritik terhadap Musk, Trump tampil sebagai pembela eksentrik miliarder tersebut. Ia dengan tegas menyatakan dukungannya, bahkan mengumumkan niatnya untuk membeli mobil Tesla baru. Dalam pidatonya, Trump menuduh kelompok-kelompok dengan ideologi liberal yang disebutnya radikal berusaha untuk merusak perusahaan tersebut. Ia menganggap gerakan boikot ini sebagai tindakan ilegal yang mengancam keberlangsungan salah satu produsen mobil terkemuka di dunia.
Pernyataan Trump muncul pada saat yang tidak menguntungkan, yakni setelah saham Tesla merosot ke titik terendah dalam hampir lima tahun terakhir. Pidato Trump berlangsung di halaman Gedung Putih, di mana ia ditemani oleh Musk dan putranya yang masih kecil. Dalam kesempatan tersebut, beberapa kendaraan Tesla diparkir untuk memberikan kesempatan kepada Trump dalam memilih jenis model mobil yang akan dibelinya.
Pada bulan Agustus 2024, seorang podcaster memberikan Trump sebuah model Cybertruck, namun pada 11 Maret, Trump diketahui memilih Tesla Model S berwarna merah yang ia rencanakan untuk dibayar dengan cek. Dalam unggahannya di media sosial, Trump memuji kemampuan Musk untuk mendukung perkembangan negara, serta mengutuk kelompok-kelompok yang ia sebut radikal karena berusaha memboikot Tesla secara ilegal. Lebih lanjut, ia mengklaim bahwa upaya tersebut ditujukan untuk menyerang dan melukai Musk serta segala sesuatu yang ia perjuangkan.
Di sisi lain, selama konferensi pers yang diadakan, Trump menyatakan bahwa pihaknya sudah mengetahui identitas beberapa pelaku yang menyerang showroom Tesla. Ia berjanji untuk menangkap mereka, yang diidentifikasinya sebagai orang-orang jahat, dan menegaskan bahwa tindakan tersebut harus dihentikan.
Saham Tesla mengalami penurunan tajam pada 10 Maret karena pasar bereaksi tidak hanya terhadap ancaman resesi tetapi juga terhadap rencana tarif Trump. Penurunan nilai saham ini terjadi di tengah aksi protes yang semakin marak, yang menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kekuasaan dan pengaruh Musk dalam pemerintahan federal.
Di dealer Tesla, kampanye boikot berlangsung dengan intensif. Banyak pemilik mobil mulai menjual kendaraan mereka, dan aktif mendorong orang lain untuk menjual saham Tesla. Di sejumlah tempat, terlihat banyak mobil Tesla yang telah disemprot grafiti bertuliskan anti-Nazi dan sejumlah pesan yang menyebut "Musk harus pergi".
Klaim Trump bahwa tindakan boikot tersebut "ilegal" terbukti keliru. Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam putusannya pada tahun 1972 pernah menyatakan bahwa hak untuk memprotes bisnis swasta dilindungi oleh Amandemen Pertama Konstitusi. Gerakan yang mendorong aksi boikot ini, yang dikenal sebagai 'Tesla Takedown', telah mengorganisir protes di seluruh negeri. Mereka menegaskan bahwa masyarakat memiliki hak untuk berdemonstrasi secara damai di trotoar dan jalanan di depan showroom perusahaan.
Kelompok ini mengungkapkan, "Protes damai di tempat umum bukanlah terorisme domestik," dan menekankan bahwa mereka tidak akan mundur atau membiarkan hak-hak mereka dirampas. Poin-poin yang mereka sampaikan menekankan rasa keadilan dan kebebasan berbicara yang merupakan bagian integral dari demokrasi, di mana masyarakat dapat menyuarakan ketidakpuasan terhadap perusahaan, termasuk yang dipimpin oleh Elon Musk.
Kisruh ini menjadi sorotan publik dan media, memperlihatkan ketegangan antara para pendukung dan penentang Musk dalam konteks politik yang lebih luas di AS. Tindakan boikot yang dilakukan oleh beberapa kelompok dianggap sebagai respons riang terhadap pengaruh Musk, yang selama ini dianggap sebagai pengusaha yang kontroversial.
Dengan situasi yang semakin memanas, masa depan Tesla di bawah bayang-bayang protes dan ketidakpuasan ini jelas menjadi sorotan. Reaksi yang dihasilkan dari berbagai pihak terhadap Elon Musk dan Tesla kemungkinan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Bersama dengan pemogokan pasar, isu yang lebih mendalam tentang kepemimpinan bisnis dan tanggung jawab sosial semakin menjadi perdebatan hangat di kalangan masyarakat.