Terungkap! Rahasia Transformasi Digital Asia Tenggara: Bukan Aplikasi, Tapi Fondasi Data
Tanggal: 27 Apr 2025 11:10 wib.
Tampang.com | Asia Tenggara sedang berada di ambang perubahan besar dalam sejarah digitalnya. Dengan lebih dari 460 juta pengguna internet dan proyeksi ekonomi digital yang diperkirakan melampaui US$300 miliar pada tahun 2025, kawasan ini menjelma menjadi salah satu pusat inovasi global dalam bidang teknologi keuangan (fintech), embedded finance, hingga ekosistem konsumen berbasis digital.
Namun, di balik laju digitalisasi yang pesat, muncul tantangan baru yang tidak bisa diabaikan: kebutuhan akan data yang lebih akurat, bersih, dan kontekstual. Di sinilah peran identity intelligence menjadi sangat penting untuk membangun masa depan keuangan digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Menurut Carey Anderson, CEO 1datapipe, kemajuan teknologi algoritma bukanlah masalah utama di Asia Tenggara. Justru kualitas data lah yang menjadi kunci. Carey menegaskan bahwa untuk mendukung transformasi digital yang inklusif, diperlukan infrastruktur identity intelligence yang kuat—sebuah gabungan antara data pribadi yang terverifikasi, sinyal perilaku, serta wawasan kontekstual.
Keterbatasan Biro Kredit Tradisional di Asia Tenggara
Carey memaparkan bahwa sebagian besar wilayah Asia Tenggara masih tergolong underbanked atau minim akses ke layanan keuangan formal. Biro kredit tradisional di kawasan ini sering kali gagal memberikan cakupan yang memadai, kedalaman informasi, dan data real-time yang dibutuhkan untuk kebutuhan modern, seperti penilaian kredit berbasis AI atau segmentasi pelanggan yang dinamis.
Di tengah upaya fintech dan lembaga keuangan membangun model AI yang lebih canggih, tantangan terbesar ternyata bukan pada kecanggihan algoritma, melainkan pada kualitas data input yang mereka miliki. Tanpa kumpulan data identitas yang terstruktur dan valid, teknologi canggih pun akan kehilangan efektivitasnya, terutama di pasar yang fragmentaris atau minim digitalisasi.
Living Identity: Inovasi Data untuk Mendorong Inklusi
Untuk menjawab tantangan ini, 1datapipe membangun Living Identity, sebuah platform identity intelligence yang telah mencakup 18 negara berkembang, termasuk Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Platform ini mengelola lebih dari 1,35 miliar profil identitas yang telah diverifikasi, dengan cakupan hingga 95% dari populasi dewasa di negara-negara tertentu.
Namun, Carey menekankan bahwa keberhasilan Living Identity tidak hanya terletak pada skalanya, melainkan juga pada kedalaman dan strukturnya. Setiap profil identitas di platform ini memuat data terverifikasi mulai dari sinyal lokasi, perilaku, status keuangan, hingga data berbasis telekomunikasi. Semua informasi ini diperbarui secara berkala dan diolah dengan prinsip privasi ketat, sehingga siap digunakan dalam model AI maupun sistem pengambilan keputusan real-time.
Dengan pendekatan ini, pasar-pasar yang sebelumnya minim data kini diubah menjadi ekosistem yang kaya informasi, yang mampu mendukung pertumbuhan kredit inklusif, pencegahan penipuan, dan personalisasi layanan keuangan generasi baru.
Era Hyper-Personalization: Bukan Lagi Pilihan, Tapi Keharusan
Dalam lanskap digital saat ini, hyper-personalization bukan lagi sebuah kemewahan, melainkan kebutuhan. Carey menjelaskan bahwa mulai dari proses onboarding yang lebih cepat hingga model risiko kredit yang adaptif, personalisasi menjadi faktor kunci untuk membuka akses layanan ke segmen pelanggan yang sebelumnya kurang terlayani.
Melalui inovasi GeoLifestyle, 1datapipe memungkinkan platform keuangan dan digital untuk mengelompokkan pengguna berdasarkan perilaku dunia nyata, penggunaan perangkat, pola perjalanan, hingga indikator pengeluaran. Pendekatan ini membuat rekomendasi produk, harga dinamis, dan penilaian risiko menjadi jauh lebih akurat dan relevan.
Hasilnya sangat jelas: tingkat gagal bayar berkurang, tingkat konversi meningkat, serta keterlibatan pelanggan menjadi lebih kuat. Yang paling penting, inovasi ini mendorong inklusi keuangan berkelanjutan di Asia Tenggara.
Pentingnya Kepatuhan dalam Ekosistem Digital
Dalam kawasan dengan regulasi data yang beragam dan terus berkembang, seperti Asia Tenggara, kepatuhan terhadap standar hukum bukan lagi sekadar formalitas. Carey menegaskan bahwa di 1datapipe, kepatuhan terhadap berbagai kerangka regulasi global seperti GDPR, LGPD, PDPA, hingga kebijakan lokal lainnya menjadi prioritas mutlak. Platform ini beroperasi secara on-premise dan mengadopsi prinsip privacy-by-design dalam setiap sistem yang dikembangkan.
Menurut Carey, transformasi digital di Asia Tenggara bukan semata soal menciptakan aplikasi yang menarik atau algoritma yang lebih pintar. Melainkan membangun infrastruktur berbasis data yang terpercaya, terverifikasi, dapat diskalakan, serta sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Membangun Masa Depan Digital yang Berlandaskan Kepercayaan
Sebagai penutup, Carey mengingatkan bahwa dalam persaingan membangun masa depan keuangan digital di Asia Tenggara, pemenangnya bukanlah mereka yang sekadar menghadirkan inovasi aplikasi tercanggih. Melainkan mereka yang sejak awal membangun pondasi dengan data yang relevan, akurat, dan penuh kepercayaan.
Dengan berinvestasi pada identity intelligence yang kokoh, Asia Tenggara bukan hanya siap menyambut masa depan digital, tetapi juga memimpin dunia dalam inovasi berbasis inklusi, privasi, dan keberlanjutan.