Terungkap! Cara Industri Tekan Emisi & Hemat Biaya Lewat Teknologi Otomasi Canggih
Tanggal: 7 Mei 2025 20:50 wib.
Tampang.com | Di tengah krisis iklim yang semakin nyata, industri global dituntut untuk lebih ramah lingkungan. Salah satu solusi yang dinilai paling efektif adalah dengan mengadopsi teknologi modern, khususnya otomasi industri. Selain membantu mengurangi emisi karbon, pendekatan ini juga dapat memangkas biaya operasional perusahaan secara signifikan.
Hal ini ditegaskan oleh Henry Chia, Presiden Direktur PT Endress+Hauser Indonesia. Dalam wawancaranya bersama CNBC Indonesia, ia menyoroti pentingnya penerapan strategi beremisi karbon rendah di sektor industri. Menurutnya, perubahan iklim bukan lagi sekadar wacana, melainkan kondisi nyata yang sudah mempengaruhi berbagai sektor kehidupan.
Sebagai contoh, Henry mengingatkan kembali peristiwa badai besar yang melanda Dubai, yang berdampak luas terhadap sistem transportasi dan rantai pasok. "Climate change ini bukan sekadar skenario hipotesis. Ini sesuatu yang sangat nyata dan sudah kita rasakan dampaknya," tegasnya.
Perubahan Menuju Keberlanjutan Sudah Dimulai
Beberapa sektor industri di Indonesia sebenarnya sudah menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan (sustainability). Mereka mulai menerapkan berbagai strategi seperti penggunaan energi terbarukan (renewable energy), sistem ekonomi sirkular, dan teknologi inovatif untuk mendukung transisi menuju proses industri yang lebih ramah lingkungan.
Namun, tidak semua industri memiliki kecepatan adopsi yang sama. Banyak sektor industri tradisional masih berhati-hati dan memilih untuk menunggu. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran akan biaya transisi dan pertimbangan ekonomi jangka pendek.
"Sebagian besar industri yang masih konservatif masih ragu karena khawatir transisi ini akan meningkatkan pengeluaran tanpa jaminan keuntungan yang sepadan," jelas Henry. Sektor-sektor ini masih membandingkan antara keberhasilan ekonomi dan biaya berkelanjutan yang harus ditanggung.
Tantangan Industri Berat: Kompleksitas & Margin Tipis
Salah satu sektor yang paling lambat melakukan transisi adalah industri berat, seperti industri semen, baja, dan kimia. Menurut Henry, sektor ini beroperasi dengan margin keuntungan yang tipis sehingga fokus mereka masih pada efisiensi produksi komoditas.
Tidak hanya itu, ada pula kendala teknis yang cukup kompleks dalam penerapan teknologi hijau di sektor ini. Misalnya, penggunaan hydrogen sebagai energi alternatif masih terbatas karena belum tersedia infrastruktur pipeline yang memadai. Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture Storage/CCS) pun masih jauh dari kata optimal.
“Karena adanya kompleksitas teknis seperti ini, membuat proses transisi menuju industri hijau menjadi lebih sulit dilakukan secara cepat di industri berat,” kata Henry.
Peran Endress+Hauser: Teknologi Otomasi untuk Industri Hijau
Sebagai bagian dari solusi, Endress+Hauser hadir dengan menawarkan teknologi otomasi industri untuk membantu proses transisi ini. Teknologi yang dikembangkan fokus pada efisiensi energi dan peningkatan produktivitas, tanpa harus mengorbankan aspek keberlanjutan.
Perusahaan ini menyediakan instrumen otomasi yang dapat diterapkan di berbagai sektor industri, seperti makanan dan minuman, minyak dan gas, pertambangan, pengolahan air dan limbah, serta life sciences. Teknologi ini memungkinkan perusahaan menjalankan proses produksi secara lebih efisien dan ramah lingkungan.
Henry menjelaskan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung transformasi digital di sektor industri Indonesia melalui revolusi industri 4.0. Dengan memanfaatkan Internet of Things (IoT), sensor pintar, dan analitik data, proses produksi dapat diawasi dan dikendalikan dengan presisi tinggi.
"Yang kami dorong adalah bagaimana proses produksi di sektor industri bisa lebih otomatis dan efisien. Kami ingin membawa industri Indonesia naik kelas dengan transformasi teknologi," tuturnya.
Solusi Nyata untuk Industri yang Lebih Tahan Krisis
Menurut Henry, ketika industri mampu mengoptimalkan proses produksi dengan otomasi dan sensor cerdas, maka mereka bisa mengurangi pemborosan energi dan bahan baku, yang berarti penghematan biaya jangka panjang. Selain itu, pemantauan emisi karbon dapat dilakukan secara real-time, sehingga perusahaan bisa mengambil tindakan cepat dan akurat.
"Produk teknologi kami digunakan oleh pelanggan untuk memproduksi beragam barang kebutuhan sehari-hari. Karena itu, topik pembangunan berkelanjutan dalam proses industri sangat berkaitan erat dengan solusi teknologi yang kami kembangkan," jelasnya.
Endress+Hauser saat ini aktif mendukung tujuh sektor industri utama di Indonesia untuk menjalankan proses produksi secara lebih ramah lingkungan dan efisien.
Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Jadi Kunci
Untuk mempercepat adopsi industri hijau, kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah sangat dibutuhkan. Perusahaan seperti Endress+Hauser berperan dalam mentransfer teknologi dan keahlian, sementara pemerintah bisa memberikan insentif dan regulasi yang mendukung.
Langkah-langkah seperti ini bisa menciptakan lingkungan industri yang lebih tahan terhadap risiko iklim dan lebih berdaya saing di pasar global. Apalagi, saat ini konsumen dan investor sudah semakin memperhatikan aspek sustainability dalam pengambilan keputusan.
Menuju Masa Depan Industri Berkelanjutan
Transformasi industri ke arah yang lebih hijau bukan hanya soal tren, tapi soal kelangsungan hidup dan daya tahan bisnis di masa depan. Teknologi otomasi bukan hanya membantu perusahaan beradaptasi dengan tuntutan keberlanjutan, tapi juga menciptakan efisiensi operasional yang tinggi.
Dengan dukungan teknologi yang tepat, transisi ini tidak hanya mungkin, tapi juga menjanjikan keuntungan dalam jangka panjang. Masa depan industri Indonesia bisa lebih cerah, tangguh, dan ramah lingkungan—asal berani berinovasi sejak sekarang.